Palembang (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Selatan meminta sinergi penanganan diperkuat dengan tidak saling menyalahkan terkait kondisi asap yang semakin parah di Kota Palembang.

Ketua DPRD Sumsel, RA Anita, Senin, mengatakan saat ini pihak-pihak terkait lebih baik mencari solusi bersama menangkal dampak asap agar tidak membahayakan masyarakat terutama bagi anak-anak.

“Saya banyak menerima laporan masyarakat terkait makin pekatnya asap di Palembang, kami segera rapat koordinasi bersama seluruh pihak terkait penanggulangan karhutla ini. Memang titik api sudah mengepung Palembang,“ ujar RA Anita.

Menurut dia sebelumnya DPRD Sumsel telah mengingatkan semua pemangku kekuasaan di Sumsel terkait potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengingat setiap tahun karhutla masih menjadi pekerjaan rumah dan seperti tidak pernah bisa diselesaikan.

Baca juga: BNPB kerahkan tujuh helikopter bom air karhutla Sumsel

Baca juga: Aktivitas kapal di Sungai Musi dihentikan sementara akibat kabut asap


Salah satu penyebabnya, kata dia, karena penanganannya yang melibatkan sipil hingga militer sehingga perlu koordinasi komprehensif dengan tidak hanya upaya memadamkan api, tapi juga usaha menangani dampaknya.

“Misalnya, Dinas Kesehatan perlu membuat rumah oksigen, mempersiapkan masker, dan posko kesehatan. Sementara Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial dan Dinas Kehutanan turun ke lapangan memeriksa dampak-dampak karhutla,” kata Anita.

Politisi Partai Golkar itu juga meminta Pemprov Sumsel dan Pemda yang wilayahnya terpapar karhutla terus berkoordinasi memadamkan api agar intensitas asap dapat diturunkan bahkan diharapkan hilang.

Sebelumnya diberitakan, BMKG menyebut kabut asap di Kota Palembang pada Senin pagi terpantau paling ekstrim selama musim asap 2019 yang menyebabkan kualitas udara berstatus berbahaya, akibatnya siswa TK - SMP terpaksa diliburkan hingga tiga hari ke depan.*

Baca juga: Warga Palembang keluhkan asap Senin ini terparah

Baca juga: Satgas karhutla diminta Walhi tingkatkan pembasahan

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019