Ada salah satu pembatik tuna rungu berhasil mengharumkan nama Lampung karena menang dalam lomba batik nasional, mengalahkan pembatik yang tidak berkebutuhan khusus, hal tersebut membuktikan bahwa mereka lebih baik
Bandarlampung (ANTARA) - Salah satu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) batik Lampung memberdayakan kaum disabilitas dalam proses produksi, guna menyejahterakan dan memberdayakan ketrampilan yang mereka miliki.

"Kami telah menjalankan usaha batik secara turun temurun, kami mengembangkan batik Lampung dengan membina warga yang berkebutuhan khusus karena sebenarnya mereka memiliki kelebihan di atas kita," kata Andy Narendra, pengelola usaha batik Lampung, Sabtu.

Baca juga: Fashion batik Jepara "on the street" diusulkan jadi agenda tahunan

Menurutnya, UMKM yang berfokus pada pengembangan batik Lampung ini, sejak awal didirikan memiliki tujuan sosial yaitu membina warga yang berkebutuhan khusus, dan menghidupkan batik tulis Lampung.

"Sejak generasi pertama di Solo,kami telah memiliki satu tujuan selain mengembangkan bisnis, juga ingin ikut serta membantu secara sosial dan kami menambahkan nilai baru, karena tinggal di Lampung yaitu menciptakan batik khas Lampung dan memberdayakan warga sekitar yang berkebutuhan khusus," katanya.

Baca juga: Hari Batik Nasional di Lapangan Merah, Moskow

Menurutnya, batik Lampung karya warga sekitar yang berkebutuhan khusus tidak kalah kualitasnya dengan hasil warga binaan lainnya, bahkan mampu mengharumkan nama Lampung di kancah nasional.

"Ada salah satu pembatik tuna rungu berhasil mengharumkan nama Lampung karena menang dalam lomba batik nasional, mengalahkan pembatik yang tidak berkebutuhan khusus, hal tersebut membuktikan bahwa mereka lebih baik," ujar Nur salah seorang pembatik.

Baca juga: Pemkot Madiun berupaya kembangkan industri batik khas setempat

Menurutnya, para pembatik senang menghabiskan waktu untuk menciptakan satu kain batik Lampung dan kebanyakan dari mereka berencana bila sudah mapan akan mengembangkan usaha mereka sendiri.

"Kami tercukupi semua dari gaji dan sebagainya, bahkan ada sejumlah pembatik telah mampu mengembangkan usahanya sendiri, banyak hal yang telah didapatkan selain pengetahuan akan membatik kami juga mendapatkan pengakuan atas kemampuan kami," katanya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang pembatik tuna rungu.

"Saya senang sekali bisa belajar membatik selama dua tahun, karena bisa menambah keterampilan semasa saya bersekolah di Sekolah Luar Biasa," kata Tasya.

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019