Ternyata setelah digeledah di dalam kardus yang dititipkan oleh oknum pengunjuk rasa isinya adalah batu.
Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam menjalankan tugasnya untuk membantu korban bencana alam maupun kerusuhan dan lainnnya sudah diatur dalam standar operasional prosedur (SOP).

"Seperti dalam memberi bantuan untuk korban kerusuhan di DKI Jakarta yang merupakan korban bentrokan antara petugas keamanan dengan massa yang mengakibatkan jatuhnya korban luka. Bantuan yang diberikan pun tidak melihat dari sisi atau unsur mana siapa pun korbannya tentunya akan diberikan bantuan," kata Pengurus PMI Pusat yang juga Ketua Bidang Relawan M Muas melalui sambungan telepon, di Jakarta, Sabtu.

PMI yang mempunyai tugas salah satunya pelayanan kesehatan tentunya memberikan bantuan pelayanan ambulans dan medis kepada korban yang terluka seperti kejadian kericuhan yang terjadi saat unjuk rasa lalu.

Petugas yang melihat adanya korban pun langsung memberikan bantuan pertolongan pertama dan mengevakuasi ke tempat yang aman atau dibawa ke rumah sakit maupun klinik terdekat. Selain itu, dalam melaksanakan aksinya, pihaknya juga berkoordinasi dengan instansi terkait seperti dengan Dinas Kesehatan, Badan Penanggulangan Bencana dan Instansi terkait lainnya.

PMI pun bekerja berdasarkan panduan keselamatan personel dan memiliki tujuh prinsip dasar gerakan internasional palang merah dan bulan sabit merah yang terdiri atas kemanusiaan, prinsip ini menekankan kegiatan kemanusiaan dalam hal memberikan bantuan tanpa diskriminasi kepada para korban aksi.

"Seperti tidak melihat membedakan ras, kebangsaan, agama, status atau pandangan politik dengan tujuan meringankan penderitaan individu. PMI pun bekerja berdasarkan prinsip kenetralan untuk menjaga kepercayaan para pihak dengan tidak berpihak di dalam perselisihan atau terlibat dalam kontroversi," katanya lagi.
Baca juga: MER-C : Menuduh ambulans bawa batu sebuah kesalahan

Pada sisi lain, Muas memberikan klarifikasi dan pembuktian bahwa pada saat kerusuhan beberapa hari lalu di DKI Jakarta yang dituduh bahwa ambulans PMI membawa logistik dan batu untuk menyuplai massa yang sedang bentrok dengan aparat keamanan yang melakukan penjagaan dan pengamanan.

Namun, menurutnya, semua itu tidak benar, mengingat kenyataan yang terjadi di lapangan lima unit ambulans dari Dinas Kesehatan setempat maupun PMI sempat terkepung di tengah-tengah kerusuhan, bahkan kaca ambulans banyak yang pecah terkena pelemparan batu, sehingga ada sejumlah batu yang masuk ke dalam ambulans.

Setelah itu, relawan PMI menuju ke lokasi yang terdapat korban untuk memberikan bantuan dengan mengevakuasi korban. Tapi, saat menaikkan korban ke dalam ambulans ada oknum dari massa yang ikut memasukkan kardus.
Baca juga: Pakar sebut video Ambulans DKI bawa batu termasuk penyebaran hoaks

Tetapi, karena kondisinya saat itu sedang darurat dan panik, relawan yang tengah melakukan aksi kemanusiaan tersebut tidak sempat memeriksa isi dalam kardus itu. Namun saat hendak membawa korban ke rumah sakit, terdapat sweeping dari petugas kepolisian dan memeriksa isi dalam ambulans itu ternyata batu.

"Ternyata setelah digeledah di dalam kardus yang dititipkan oleh oknum pengunjuk rasa isinya adalah batu. Dengan kejadian itu, 31 relawan yang menaiki ambulans digiring polisi ke Mapolda Metro Jaya dan menyita lima unit ambulans," katanya pula.

Setelah dilakukan penyelidikan dan menginterogasi relawan, dipastikan kardus yang berisi batu itu berasal dari massa yang dimasukkan ke dalam mobil ambulans berbarengan saat mengevakuasi korban.
Baca juga: Kapolda pelajari peristiwa pengamanan ambulans Pemprov DKI bawa batu

Semua itu, katanya lagi, membuktikan bahwa PMI bekerja sesuai SOP tanpa memihak siapa pun dan jangan sampai ada kasus kesalahpahaman ini menjadi viral dibuat seolah PMI menyuplai batu dan logistik untuk pengunjuk rasa padahal semua itu tidak benar.


.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019