Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa pelaksanaan biodiesel 30 persen (B30) tidak menemui kendala.

"Semuanya baik, tidak ada hal-hal yang membuat kita tidak bisa menerapkan B30," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan salah satu yang dikhawatirkan produsen otomotif dalam penerapan B30 yakni tidak dapat digunakan dalam kondisi cuaca yang dingin. Sebab, minyak kelapa sawit dikhawatirkan membeku pada suhu rendah.

"Ternyata berkendara di daerah dingin Dieng, Jawa Tengah di sana aman," ucapnya.

Baca juga: Usai tes jalan, ESDM: Tidak ada keraguan penerapan B30 Januari 2020

Dalam uji coba, lanjut dia, dilakukan bersama Gabungan Asosiasi Kendaraan Bermotor (Gaikindo) serta para produsen otomotif untuk ikut menyaksikan dan mengevaluasi uji coba B30.

"Mereka pun disebut tidak keberatan dan sedikit masalah yang muncul juga dapat teratasi, penelitiannya bareng-bareng. Pemantauannya bersama-sama, tidak hanya dilakukan Kementerian ESDM, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), tapi juga kerja sama dengan para stakeholder," kata Musdhalifah.

Ia menambahkan sebelum diterapkan pada tahun depan, infrastruktur B30 juga terus dipersiapkan mulai dari pendistribusian ke stasiun pengisian bahan bakar umum, hingga penyimpanan stok FAME (Fatty Acid Methyl Esther).

"Baik provider BBM (bahan bakar minyak) maupun BBN (bahan bakar nabati) sudah dikomunikasikan terus agar mereka siapkan infrastruktur yang diperlukan untuk distribusi dan penyimpanan stok-stok FAME-nya. Kita uji coba semuanya," ucapnya.

Baca juga: Kemenperin sebut perusahaan Jerman akan kembangkan CPO

Sebelumnya, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian ESDM menyatakan penggunaan B30 lolos pada semua aspek kendaraan setelah dilaksanakan uji jalan (road test).

Kepala Balitbang ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan uji jalan dilakukan dengan membandingkan B30 dengan B20, bukan B0.

Hasilnya dari sisi konsumsi bahan bakar, secara rata-rata tergantung dari jenis kendaraan, plus minus 0,87 persen lebih tinggi konsumsinya.

"Bukan berarti lebih boros, karena di sisi yang lain dayanya itu lebih tinggi, performance-nya juga lebih bagus. Untuk emisi, semuanya lebih bagus, kecuali untuk nitrogen oksida (NOx), tergantung dari jenis kendaraan. Secara umum bagus," kata Dadan.

Baca juga: Hasil uji jalan B30 sebutkan tidak ada masalah
Baca juga: Keunggulan biosolar B30
Baca juga: Biosolar B30 disebut bisa tingkatkan perekonomian Indonesia

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019