Semarang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau dengan kekeringan ekstrem masih akan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga November 2019.

"Musim hujan tahun ini (diprediksi) mundur sehingga musim kemarau menjadi lebih panjang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada acara Sosialisasi Hasil Kegiatan Mikrozonasi Gempa Bumi di Hotel Grand Candi Semarang, Kamis.

Menurut dia, jika dilihat berdasarkan jangka waktunya, maka musim kemarau tahun ini menduduki posisi kedua setelah kekeringan yang terjadi 2015.
Baca juga: BMKG: musim kemarau tahun ini lebih cepat

"Musim kemarau 2015 merupakan yang paling lama dan tahun ini nomor dua," ujarnya.

Terkait dengan hal itu, BMKG semua pihak untuk melakukan antisipasi guna mengurangi dampak musim kemarau yang berkepanjangan.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah Sudaryanto mengatakan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak guna
mengurangi dampak kekeringan ekstrem pada tahun ini.
Baca juga: BMKG prediksi musim hujan di Sumsel mulai pertengahan Oktober

Ia menyebutkan musim kemarau yang ekstrem bisa menimbulkan kebakaran lahan maupun hutan seperti yang terjadi kawasan pegunungan di Jateng dalam beberapa waktu terakhir.

Untuk mencegah sekaligus meminimalisasi dampak bencana kekeringan berupa kebakaran pada musim kemarau, ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak membuang puntung rokok secara sembarangan, khususnya saat berada di kawasan hutan karena dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: Mayoritas Indonesia kemarau mulai Mei nanti

Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019