Koleksi dari Indonesia diperoleh panitia dari Museum Nasional, yang mendatangkan koleksi peninggalan sejarah Borobudur pada masa Dinasti Syailendra
Depok (ANTARA) - Soka Gakkai Indonesia menggelar pameran Cagar Budaya Internasional, Sutra Bunga Teratai di Perpustakaan Kampus Universitas Indonesia (UI) selama dua pekan.

"Indonesia merupakan tuan rumah ke-17 penyelenggaraan pameran dengan tema 'Pesan Perdamaian dan Kerukunan Hidup'," kata Ketua Humas Soka Gakai Indonesia Elly Muliawan di kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa.

Pada pembukaan Selasa ini panitia pameran mendatangkan perwakilan dari negara asing di antaranya Malaysia, Singapura dan Jepang.

Ia menjelaskan pameran itu menyajikan hasil penelitian ilmiah mengenai perjalanan filosofi Sutra Bunga Teratai ke berbagai belahan dunia, dan menampilkan sejumlah koleksi asli dan replika manuskrip, lukisan dan benda-benda peninggalan langka Buddhis yang di antaranya telah berumur lebih dari 2.500 tahun.

Elly Muliawan menjelaskan panitia juga membangun replika Goa Tun Huang, warisan budaya UNESCO dari Tionghoa. Pameran juga menghadirkan koleksi dari India, Rusia, Tionghoa, serta Indonesia sendiri.

Koleksi dari Indonesia, katanya, diperoleh panitia dari Museum Nasional, yang mendatangkan koleksi peninggalan sejarah Borobudur pada masa Dinasti Syailendra.

Sementara itu Direktur Eksekutif IOP-Jepang Akira Kirigaya mengatakan kegiatan ini terselenggara atas dasar pemikiran Budha, yang mengedepankan pembinaan generasi muda, untuk semakin memperkuat bangsa.

"Pameran ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Soka Gakkai, organisasi Buddha berbasis komunitas, yang memiliki anggota di 192 negara. Pameran kali ini bertujuan untuk memperkenalkan filsafat Kitab Sutra Bunga Teratai, sebagai salah satu warisan kearifan umat manusia, yang menawarkan perspektif baru untuk perdamaian dan keharmonisan bermasyarakat di zaman modern," katanya.

Peneliti Klinik Digital Vokasi UI Devie Rahmawati mengatakan tema perdamaian menjadi relevan dengan kondisi lokal dan global, yang terancam "bakteri" polarisasi di dalam keutuhan sebuah bangsa.

Ia merujuk riset di 11 negara seperti Amerika, Turki, Hungaria, Venezuela, Thailand, menemukan bahwa para pemimpin politik yang menggunakan narasi perpecahan dengan menyebut lawan-lawan politiknya sebagai orang yang tidak bermoral dan korup misalnya, berhasil membelah masyarakat.

"Kebajikan dan kebijakan para leluhur manusia di masa lalu, yang bahkan tidak melihat sekat antara barat dan timur, menjadi model bagi generasi muda, untuk meneladani kehidupan damai yang ditampilkan melalui pertemuan budaya Asia (Budha) dan budaya Barat (salah satunya Yunani), sebagaimana artefak-artefak ini “bicara” melalui pameran Sutra Bunga Teratai," ujar Devie Rahmawati.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Soka Gakkai Indonesia, Universitas Indonesia, Museum Nasional, Dunhuang Academy (Tiongkok), The Institute of Oriental Philosophy (Jepang).

Pameran dan seminar didukung juga oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Klinik Digital Vokasi UI, Kowani, Dewan Masjid Indonesia, Wahid Foundation, Museum Rekor-Dunia Indonesia.

Selain itu, juga didukung The Habibie Centre, Puan Amal Hayati, The Purnomo Yusgiantoro Center, Lembaga Kebudayaan Betawi, Unit Pelayanan Angkutan Sekolah Dishub DKI Jakarta, We The Youth, Miwa dan Eio.


Baca juga: Balai konservasi Borobudur gelar Cagar Budaya Indonesia

Baca juga: Situs Purbakala di Indonesia Perlu Pelestarian Khusus

Baca juga: Ada 10.000 Mesjid Yang Masuk Cagar Budaya di Indonesia

Baca juga: Masyarakat Arkeologi Indonesia apresiasi Tim Katastropik Purba

 

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019