paling banyak di Sumatera Selatan ada 97 titik panas
Pekanbaru (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan sebanyak 260 titik panas yang jadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebar di wilayah Sumatera pada Senin pagi.

“Iya, paling banyak di Sumatera Selatan ada 97 titik panas,” kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhila di Pekanbaru, Senin.

Selain Sumsel yang terdeteksi ada 97 titik panas, daerah lain yang terpantau ditemukan titik panas antara lain Provinsi Jambi ada 75 titik, Provinsi Riau ada 57 titik,  Bangka Belitung 13 titik, Kepulauan Riau 9 titik, Lampung 8 titik, dan Sumatera Utara 1 titik.

 Ia mengatakan arah angin berpotensi membawa asap karhutla dari Sumatera Selatan (Sumsel) yang titik panasnya paling banyak sampai ke Riau, meski dampaknya tidak besar.

“Sumsel ke Riau jaraknya cukup jauh, jadi asap hilang di tengah jalan,” katanya.

Lia mengatakan asap atau jerebu karhutla yang berpotensi menyelimuti Riau berasal dari kebakaran di wilayah ini sendiri. Dari 57 titik panas di Riau, paling banyak di Indragiri Hilir (Inhil) ada 22 titik, Pelalawan 21 titik, Kepulauan Meranti 9 titik, Inhu ada tiga titik, Bengkalis 1 titik dan Rohil 1 titik.

“Untuk sebaran asap Riau sendiri banyak hotspot juga, jadi asapnya dari hotspot di Riau,” katanya.

Ia mengatakan jarak pandang (visibility) di Pekanbaru cukup bagus karena pada sekitar pukul 10.00 WIB mencapai 7 kilometer (Km). “Asap dirasakan tak begitu besar, hampir tidak terasa,” katanya.

Kemudian di daerah lain seperti Kota Dumai jarak pandang 6 Km dan Kabupaten Pelalawan 5 Km pada pagi tadi, sedangkan di Kota Rengat Kabupaten Inhu jarak pandang hanya 4 Km karena kondisi udara kabur (hazey).

Ia menambahkan peluang hujan di Riau saat ini sangat minim, potensi cuaca cerah berawan. Suhu udara diperkirakan 23 sampai 33 derajat Celcius.


Baca juga: Polda Sumsel turunkan Brimob tanggulangi karhutla
Baca juga: Kota Jambi liburkan sekolah akibat gangguan asap
 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019