Palembang (ANTARA) - Tak banyak yang bisa dilakukan warga, khususnya yang menggantungkan hidup pada hasil pertambangan batu bara dan perkebunan karet dan kelapa sawit jika harga komoditas sedang jatuh.
Terkadang, sebagian masyarakat terpaksa berhutang, bahkan menggadaikan harta benda untuk sekadar menyambung hidup pada saat masa sulit melanda.
Berbeda halnya dengan warga Desa Kelumpang, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, yang sudah mengecap manisnya keberadaan desa wisata.
Hadirnya desa wisata ini tak hanya memberikan pemasukan tambahan bagi keluarga tapi juga memberikan pekerjaan bagi remaja putus sekolah.
Ini semua bermula dari ide cemerlang dari PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lumut Balai di Muara Enim (sekira 108 kilometer dari Kota Baturaja) yang menginisiasi terbentuknya desa wisata pada lima tahun lalu.
Berawal dari kerapnya dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah operasi khususnya kepada kelompok pemuda Karang Taruna, maka tercetuslah ide pendirian desa wisata pada 2021.
Beruntung, ide ini disambut dengan tangan terbuka oleh warga setempat Darul Kutni (44) dengan rela menghibahkan lahan untuk digarap menjadi kawasan wisata alam.
Namun jangan dikira mudah, hadirnya desa wisata ini tak serta merta terjadi begitu saja. Pada tahap awal, PGE sempat mendapatkan hambatan. Ini berkaitan dengan perbatasan desa, yang menganggap River Tubing bukan hanya masuk dalam wilayah Desa Kelumpang namun juga wilayah desa perbatasan yakni Desa Mendingan dan Desa Gunung Tiga.
Supaya dapat menyerap aspirasi semua warga sekitar, akhirnya diputuskan bahwa semua warga di tiga desa tetap dilibatkan dengan pengelolaan dibawah Karang Taruna Kecamatan Ulu Ogan.
Tidak berhenti di situ, tantangan berikutnya yakni keterbatasan infrastruktur, seperti akses jalan, internet, hingga listrik. PGE kemudian mengatasinya dengan menyediakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), kemudian mengoptimalkan sarana internet yang sudah ada dengan menggunakan satelit dan membangun jalan menuju lokasi lokasi sehingga dapat diakses kendaraan roda dua dan roda empat.
Untuk mewujudkan desa wisata ini, PGE menyalurkan bantuan lainnya seperti peralatan camping, kemudian kelengkapan untuk pengamanan wisata air seperti pelampung dan helm serta perahu karet. Bahkan untuk pembinaan, para pengelola diajak mengikuti studytour ke tempat wisata serupa di Kota Bandung agar memiliki pemahaman yang benar mengenai cara mengelola destinasi wisata.
Akhirnya terwujudlah sebuah desa wisata nan indah yang dibelah Sungai Ogan, yang kerap disebut masyarakat setempat Desa Wisata Belanting River Tubing pada Mei 2021.

Berjarak hanya 25 kilometer dari ladang Pertamina Geotermal Energy (PGE) Lumut Balai, desa wisata ini kini menjelma menjadi tujuan wisata utama masyarakat wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebelah barat. Tak tanggung-tanggung, setidaknya 3.000 orang bertamasya di kawasan eksotik ini pada setiap bulannya.
Tak heran kiranya, Desa Kelumpang ditetapkan sebagai juara pertama kategori Daya Tarik Pengunjung dalam ajang Anugerah Pesona Desa Wisata Sumatera Selatan Tahun 2023.
Desa ini berjarak sekira 70 kilometer dari Kota Baturaja, atau setidaknya dengan waktu perjalanan darat kurang lebih dapat ditempuh selama dua jam. Namun, jika berangkat dari Kota Palembang, ibu kota Provinsi Sumatera Selatan dengan mengendarai mobil maka dibutuhkan waktu sekira lima jam.
Adapun fasilitas yang tersedia di lokasi wisata ini, yakni arena arung jeram dengan menyusuri Sungai Ogan, jembatan gantung, wahana kolam air panas dan kawasan camping.
Destinasi wisata yang diresmikan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno pada 2024 ini dibuka untuk masyarakat umum setiap hari pukul 07.30 - 16.00 WIB, kecuali pada hari Jumat. Saat sampai di lokasi, pengunjung akan disambut oleh guide atau pemandu yang akan mendampingi pengunjung selama perjalanan.
Pengelola menyediakan paket outbond dengan harga relatif terjangkau yakni dari Rp600.000-Rp1.300.000 untuk 10 orang, atau untuk per orang berkisar Rp50.000 untuk satu kali jelajah arung jeram.
Jika tak mau camping, pengunjung dapat menginap di rumah warga (homestay) dengan harga per malamnya rata-rata Rp200.000 per orang.
Setidaknya 1.000 kepala keluarga yang terhubung dengan desa wisata ini. Mereka tersebar merata dibelah oleh Sungai Ogan atau biasa disebut masyarakat 'Ayakh Ugan'.
Ayakh Ugan bukan sembarang sungai, toh sungai inilah yang sesungguhnya menjadi daya tarik dari Desa Wisata Belating.
Airnya tak begitu deras, tapi sangat cocok bagi pencinta wisata alam arung jeram. Para pengunjung bisa mengarungi jalur setidaknya 3 kilo meter dalam waktu 45-60 menit.
Dari titik pertama arung jeram hingga ke titik terakhir setidaknya jalur memiliki kemiringan maksimal tak lebih dari dua meter. Jadi perahu karet dapat melaju dengan pelan mengarungi alur sungai yang dilapisi bebatuan khas pegunungan.
Pemandangan sekitar alur sungai juga terbilang indah, yang mana pengunjung dapat menikmati langsung rimbunnya pepohonan khas hutan hujan tropis. Suara air yang menerobos bebatuan tentunya menambah sensasi melegakan bagi pengunjung.
Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, maka tidak perlu khawatir karena akan dipandu oleh tim pengawal wisata yang biasanya berjumlah 15 sampai 25 orang. Pengunjung juga menggunakan alat keselamatan berupa helm dan pelampung untuk memastikan berwisata dalam keadaan aman.

Masyarakat Berdaya
Ketua Kelompok PKK Desa Kelumpang, Amini, mengatakan warga desa sangat bersyukur dengan adanya desa wisata ini karena dapat memberdayakan para ibu rumah tangga.
Sejak adanya desa wisata ini, ibu-ibu setempat mendapatkan pemasukan tambahan karena bisa menjual beragam jenis kerajinan kepada para wisatawan.
Barang yang dijual berupa kerajinan tangan berbahan baku bambu seperti wadah, sendok, piring dan berbagai peralatan dapur lainnya.
"Jika barang habis terjual, kami buat lagi. Ada juga permintaan berupa pesanan khusus. Yang jelas kami berterima kasih dengan Pertamina karena kami diberikan pelatihan untuk membuat kerajinan," kata Amini.
Tak sulit bagi Kelompok PKK Desa Kelumpang untuk mendapatkan bahan baku karena sumber daya alam di desanya terbilang luar biasa.

Humas PGE Lumut Balai Yus Wardi mengatakan perusahaannya ingin terus mengembangkan potensi desa wisata ini lebih terstruktur, dan membuka wahana baru yakni wisata air panas dan air terjun di Desa Mendingan dan Desa Gunung Tiga.
Kegiatan pemberdayaan dilakukan perusahaan terhadap desa wisata ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL).
"Sejak kami kawal dari tahun 2021, bisa dikatakan hasil yang diraih untuk saat ini sudah memuaskan karena keterlibatan masyarakat sudah terbilang total," kata dia.
Desa wisata ini secara administratif kini dikelola masyarakat secara swadaya, dengan skema 50 persen dari pendapatan diperuntukkan untuk biaya operasional dan kesejahteraan pekerja dan 50 persen lainnya digunakan untuk biaya pemeliharaan. Meski demikian, pihak PGE terus mengawal terkait pengamanan kawasan wisata tersebut.
Bagi PGE, apa yang dicapai masyarakat ini demikian menggembirakan karena masyarakat sudah bisa berdaya, dan bisa hidup berdampingan dengan selaras dengan kegiatan operasional PGE.
"Semakin sejahtera berdaya masyarakat sekitar wilayah operasi maka sama halnya dengan memastikan bahwa operasional PGE dapat berjalan dengan lancar," kata dia.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau biasa disingkat menjadi PGE, adalah anak usaha Pertamina Power Indonesia yang bergerak di bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi panas bumi. Hingga akhir tahun 2024, perusahaan ini mengelola 15 wilayah kerja yang tersebar di seantero Indonesia
Khusus di Sumsel, produksi PGE di Lumut Balai mencapai 482 juta kWh pada tahun 2024 dan memiliki kapasitas terpasang 110 MW (2x55MW). Unit 1 sudah beroperasi sejak 2019, sementara Unit 2 yang berkapasitas 55 MW telah beroperasi penuh pada awal Juli 2025.
Ke depan, PGE menargetkan kapasitas terpasang yang dikelola mandiri sebesar 1 gigawatt (GW) dalam 2 tahun mendatang, dan 1,7 GW pada 2033. Untuk itu, PGE tengah mendorong peningkatan produksi, eksplorasi, dan pengembangan WKP baru, termasuk proyek Lumut Balai Unit 2 yang ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun ini.
Langkah ini sejalan dengan upaya PGE dalam mendukung transisi energi nasional, memperkuat ketahanan energi, dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission pada 2060.

Pengamat Ekonomi Sumsel Yan Sulistyo mengatakan apa yang dilakukan oleh PGE dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat patut diapresiasi. Apalagi, tak banyak desa wisata yang berhasil meski pembentukan destinasi seperti ini sempat booming di berbagai tempat Tanah Air.
Menurutnya, yang menjadi catatan yakni adanya kepedulian perusahaan dalam memberdayakan masyarakat terutama dalam upaya meningkatkan kemandirian. Ini sangat penting mengingat kegiatan operasi dalam penambangan migas syarat dengan risiko sehingga membutuhkan dukungan penuh masyarakat sekitar.
"Biasanya desa wisata hanya berjalan enam bulan, dan citranya kemudian berkurang. Tantangannya yakni bagaimana menjaga komitmen warga setempat dan bagaimana agar desa wisata ini dapat berlanjut atau memiliki sustainability," kata dia.
Kepala Bidang Destinasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumatera Selatan Vita Sandra mengatakan sejauh ini Desa Wisata Belanting River Tubing telah dimasukkan dalam daftar lokasi wisata bertaraf nasional sehingga langkah nyata yang dilakukan PGE patut diapresiasi.
Desa wisata ini sudah berhasil meningkatkan perekonomian warga setempat, mulai dari sektor UMKM, transportasi hingga penyerapan tenaga kerja.
"Terbukti dengan banyaknya pemuda yang diberdayakan dalam kegiatan wisata, mulai dari safety dan pemandu," kata dia.
Keberhasilan Desa Wisata Belanting River Tubing bukan hanya tentang pesona alam dan arus sungainya yang menantang, tetapi juga tentang arus semangat masyarakatnya yang terus mengalir. Dari desa kecil yang dulu hanya mengandalkan alam, kini Belanting telah menjelma menjadi desa wisata mandiri yang menggerakkan ekonomi, melestarikan budaya, dan menjaga lingkungan.
Kisah ini menjadi bukti bahwa ketika energi kebaikan, kebersamaan, dan kepedulian bersatu padu seperti yang dilakukan PGE melalui program CSR-nya maka desa bukan lagi sekadar tempat tinggal, melainkan sumber inspirasi bagi negeri. (***)
