Padahal, menurutnya lagi, Indonesia memiliki berbagai alternatif jenis mobil untuk menurunkan emisi dan meningkatkan kepercayaan diri masyarakat.
"Kalau kita hanya melihat mobilnya saja, mobil listrik adalah mobil yang jempolan. Karena dia tidak mengeluarkan emisi," katanya pula. Seperti halnya mobil low cost green car (LCGC), mobil berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, serta hidrogen.
Lebih lanjut, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandy Julyanto menyatakan, pihaknya saat ini menggunakan pendekatan multi-pathway agar masyarakat memiliki preferensi pembelian kendaraan.
"Dalam pendekatan multi-pathway sangat penting, di mana kami memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari kendaraan elektrik, hybrid, hingga kendaraan berbasis hidrogen. Sehingga orang bisa memilih yang sesuai referensi masing-masing," kata dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani mengatakan, pemerintah mendukung upaya yang dilakukan perusahaan di sektor otomotif tersebut.
Hal itu diharapkan dapat mendorong pengembangan ekosistem industri otomotif yang memaksimalkan potensi di tanah air.
"Memang di sektor transportasi kita itu bisa menggunakan berbagai sumber. Dikenalkan dari sumber fosil tadinya, terus fosil yang rendah karbon, lalu ada kombinasi dengan baterai, ada hybrid, lalu ada mungkin potensi untuk etanol, lalu biodiesel, dan berikutnya nanti ada hidrogen," ujar Eniya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom: Penurunan penjualan mobil bukan disebabkan lemahnya daya beli