“Maksudnya tingkat rendemen adalah jika rendemen tebu 7 persen, artinya bahwa dari 100 kilogram tebu yang digiling di pabrik gula akan menghasilkan gula sebanyak 7 kilogram. Nah, di Thailand rendemennya 11,82 persen berarti menghasilkan gulanya kurang lebih 11,82 kilogram,” ujarnya.Ia mengatakan bahwa rendahnya tingkat rendemen tersebut karena banyak pabrik gula yang masih mengoperasikan mesin-mesin berusia tua, bahkan ada yang lebih dari 100 tahun.
“Jadi, memang perlu direvitalisasi jika ingin meningkatkan produksi gula, tidak hanya meningkatkan produktivitas tebu, namun juga meningkatkan tingkat rendemennya,” imbuh Eliza.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan di Jakarta, Kamis (16/1) bahwa pemerintah telah memberlakukan larangan impor bagi empat komoditas pangan yakni beras konsumsi, jagung untuk pakan ternak, gula konsumsi, dan garam konsumsi.
Ia berharap kebijakan larangan impor tersebut dapat mewujudkan cita-cita Indonesia untuk melakukan swasembada pangan, karena Indonesia sangat potensial melakukan hal tersebut
Pemerintah pun berkomitmen untuk terus berupaya memperkuat kapasitas para petani dengan memberikan penyuluhan, dukungan finansial, revisi regulasi, pemberian bibit unggul, hingga penguatan rantai pasok.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom minta pastikan harga gula tidak naik akibat pelarangan impor