Kandangan (ANTARA) - Tren terhadap tumbuhan eksotik kadang menggerakan komunitas terkait untuk berburu tanaman jenis itu untuk dipelihara.
Namun kesenangan itu terkadang mengakibatkan ancaman kepunahan.
Komunitas pencinta anggrek di Kalimantan Selatan mengharapkan masyarakat pencinta anggrek di daerah setempat dapat menjaga habitat Anggrek Bulan Pelaihari (Phalaenopsis amabilis) di Kabupaten Tanah Laut, karena kini terancam punah.
Ketua II Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Kalimantan Selatan, Marzuki di Banjarmasin, Senin, meminta agar pecinta anggrek tidak berburu anggrek jenis tersebut ke hutan atau habitat tanaman tersebut karena dapat mempercepat kepunahannya.
"Dahulu anggrek tersebut cukup banyak di kalangan pecinta anggrek kawasan Banjarmasin dan daerah lain termasuk di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut," katanya.
Namun, saat ini anggrek tersebut kian langka, dia memperkirakan jenis anggrek spesies tersebut tidak dapat tumbuh baik jika berada di luar habitat.
"Bagi kita pecinta anggrek sebaiknya tidak berburu ke hutan mencari anggrek tersebut, kecuali yang dipelihara hasil budidaya," katanya lagi.
Karena menurut dia, jika harus mencari ke hutan lalu dipelihara di luar habitat dan mati, maka sama saja bukan pecinta anggrek, tetapi bisa disebut pemusnah anggrek.
Anggrek Bulan lokal dari Pelaihari ini diketahui memiliki kelebihan antara lain masa bunga cukup lama antara tiga sampai enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan.
Selain itu, Anggrek Bulan Pelaihari memiliki jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai antara 25-50 kuntum, sedangkan anggrek biasa hanya sekitar 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai sedangkan anggrek lain hanya satu cabang.