Sumsel mitigasi petani dari potensi gagal panen akibat bencana

id Petani Padi,Sumsel,potensi gagal panen,Sumsel mitigasi petani padi,mitigasi petani padi dari potensi gagal panen,potensi

Sumsel mitigasi petani dari potensi gagal panen akibat bencana

Petani padi memanfaatkan lahan rawa tadah hujan di Kelurahan Keramasan, Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA/M Riezko Bima Elko P) (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)

Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengoptimalkan upaya mitigasi kepada petani padi di daerah ini, dari potensi kegagalan panen akibat bencana hindrometerologi yang diprakirakan berlangsung hingga awal tahun 2023.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan R. Bambang Pramono dikonfirmasi di Palembang, Selasa, mengatakan upaya mitigasi dilakukan di antaranya dengan menerjunkan tim penyuluh pertanian ke setiap kabupaten/kota yang menjadi daerah penghasil padi.

Daerah penghasil padi tersebut di antaranya berada di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas.

Baca juga: Palembang mulai sosialisasikan upaya mitigasi kebencanaan ke petani

Dalam tugasnya, tim tersebut membantu petani mengatur waktu penanaman benih atas kondisi peralihan cuaca saat ini, melaksanakan pengecekan kondisi sumber air (irigasi, embung, waduk dan sebagainya) berikut sarana penyaluran-nya.

Kemudian, membantu petani memperbaiki atau membersihkan tanggul penahan air, hingga menyiagakan alat berat dan pompa air yang dibantu oleh pemerintah kabupaten masing-masing.

“Tim penyuluh itu juga melakukan pendataan kepada petani untuk mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di daerah rawan banjir, yang saat ini jumlahnya baru 6 ribu hektar,” kata dia.

Bambang menyebutkan, sekitar 7,2 persen dari total luas sekitar 621.903 hektar lahan sawah di Sumsel tergolong rawan terdampak bencana hidrometeorologi seperti banjir.

Itu terjadi karena lahan tersebut, diketahui merupakan lahan rawa-lebak atau tadah hujan. Di antaranya banyak tersebar di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir.

Baca juga: Kabupaten OKU berada di level waspada bencana alam

Pihaknya mencatat, rata-rata pada bulan September ini para petani di tiga daerah tersebut sedang melangsungkan penanaman padi periode kedua, yang berlangsung hingga masa penen pada Desember.

“Masa waktu tanam itu berlangsung sejalan dengan masa potensi peningkatan curah hujan yang dapat menggenangi lahan sawah, makanya potensi tidak panen lebih besar,” imbuhnya, BMKG setempat melaporkan peningkatan curah hujan diprakirakan mencapai di atas 80 persen, atau dengan ketebalan lebih dari 200 mm hingga triwulan pertama tahun 2023.

Bambang berharap, melihat kondisi tersebut, upaya mitigasi yang sudah berlangsung saat ini diharapkan dapat tepat guna dan angka produksi padi dengan rata-rata 6 ton GKG per hektar hingga akhir tahun tidak terganggu.
Baca juga: Gubernur Sumsel minta Bupati-Wali Kota tingkatkan antisipasi sektor pertanian