Bank Indonesia: Bisnis kuliner UMKM perlu dioptimalkan

id UMKM,BI,Bank Indonesia,kepala BI Sumsel,BI Sumsel,pangan,industri kreatif,kuliner

Bank Indonesia: Bisnis kuliner UMKM perlu dioptimalkan

Kepala BI Sumsel Erwin Soeriadimadja memberikan cinderamata penutup kepala ke Menparekraf Sandiaga Uno disaksikan Gubernur Sumsel Herman Deru pada pameran UMKM di Griya Agung Palembang, Sumsel, Rabu (14/9/22). (ANTARA/Dolly Rosana)

Palembang (ANTARA) - Bank Indonesia menilai bisnis kuliner dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu dioptimalkan karena potensi ini didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap makanan dan minuman.

Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Erwin Soeriadimadja mengatakan kegiatan pangan kreatif yang dilakukan kalangan UMKM perlu diperluas pangsa pasarnya karena peluang untuk berkembang saat ini terbuka lebar.

“Peluang didorong oleh konsumsi makanan dan minuman yang mencapai 57 persen dari total konsumsi rumah tangga,” kata Erwin setelah menghadiri acara peluncuran program Beli Kreatif produk UMKM oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Palembang, Rabu.

Menurutnya, bisnis kuliner UMKM ini juga berpeluang berkembang lantaran BI mencatat kontribusi industri makanan dan minuman mencapai 50 persen dari total konsumsi masyarakat.

Oleh karena itu, tak heran jika saat ini pertumbuhan industri pangan kreatif yang digagas kalangan pelaku UMKM tergolong pesat.

Hanya saja, ia menilai masih perlu dioptimalkan sehingga bisa berdampak lebih besar seperti peningkatan omset hingga peningkatan jumlah tenaga kerja.

Berdasarkan data terkini, pelaku UMKM kuliner mencapai 21,44 persen jika dibandingkan subsektor lain.

Oleh karena itu, Sumsel yang memiliki sejumlah pangan khas yang sudah menembus pasar nasional seperti pempek sepatutnya tak boleh tertinggal dalam pengembangannya. “Kuncinya harus banyak inovasi,” kata dia.

Ia menambahkan pengembangan sektor UMKM ini perlu mendapatkan dukungan dari beragam pihak, mulai dari pemerintah hingga kalangan swasta.

Karena, sektor UMKM yang sempat terdampak pandemi COVID-19 diyakini hingga kini masih menjadi penggerak ekonomi di daerah.

Namun, disadari bahwa upaya ini berjalan cukup kompleks karena saat ini perekonomian domestik sedang terpengaruh oleh angka inflasi yang relatif tinggi.