Sumsel sebar 220 tenaga pendamping tingkatkan produksi perkebunan

id karet,petani karet,harga karet,karet sumsel,komoditas,ekspor

Sumsel sebar 220 tenaga pendamping  tingkatkan produksi perkebunan

Pekerja menyadap getah karet di kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Rabu (5/4/17). (ANTARA FOTO/Feny Selly/17)

Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menyebar sebanyak 220 tenaga pendamping peningkatan produksi perkebunan karet di sejumlah kabupaten untuk membantu petani meningkatkan kesejahteraan.

Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel Rudi Arpian di Palembang, Kamis, mengatakan, pendampingan bagi petani karet ini tak lain untuk mengatasi beragam persoalan di sektor hulu.

“Mengapa harga karet rendah, tentunya ada penyebabnya. Dan kami menilai petani perlu pendampingan terutama dalam meningkatkan mutu,” kata Rudi.

Ia mengatakan penurunan harga karet di tingkat petani maupun di beberapa Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir disebabkan faktor internal dan eksternal.

Untuk faktor eksternal, saat ini terjadi penurunan harga karet TSR20 di bursa berjangka Singapura karena adanya China yang kembali menerapkan lockdown.

Kebijakan China ini tentunya berpengaruh karena menjadi negara importir komoditas karet terbesar di dunia.

Penurunan harga karet dipengaruhi juga perang antara Rusia dengan Ukraina yang mengakibatkan krisis pangan dan energi, dan harga karet negara pesaing yang jauh lebih murah dan berkualitas.

Saat ini produktivitas petani karet masih rendah yakni berkisar 1 ton/Ha/tahun. Kemudian, banyak tanaman yang sudah tua dari luas areal 1.238.415 Hektare diketahui terdapat 11 persen atau 139.295 Hektare tanaman sudah tua dan rusak.

Kualitas karet Sumsel perlu terus ditingkatkan karena kerap dijumpai petani yang masih merendam bokar (bahan olahan karet) dengan bahan bukan karet untuk memperberat timbangan, dan menggunakan bahan pembeku karet yang murah.

"Padahal tingginya kadar air dalam bokar dapat meningkatkan kadar abu ataupun kadar kotoran, terutama kalau air yang diserap berupa air kotor. Ini yang membuat harga jadi murah,” kata dia.

Penggunaan pembeku lateks seperti pupuk fosfat maupun tawas akan meningkatkan kadar abu atau kadar kotoran yang sangat signifikan sehingga menyebabkan turunnya kualitas bokar.

“Para pendamping petani ini yang kami perintahkan untuk terus menyosialisasikan cara pengolahan bokar yang benar,” kata dia.