Petani sawit Sumsel tunda peremajaan lahan tergiur harga yang sedang tinggi

id petani,petani sawit,lahan sawit,kelapa sawit,tbs,harga sawit,harga tbs,peremajaan lahan sawit,peremajaan sawit,kebun saw

Petani sawit Sumsel tunda peremajaan lahan tergiur harga yang sedang tinggi

Sejumlah pekerja kebun kelapa sawit memilah dan mengangkut hasil panen di kawasan Kalidoni Palembang, Sumsel, Rabu (22/3). (ANTARA FOTO/Feny Selly/ama/17)

Palembang (ANTARA) - Petani sawit di Sumatera Selatan relatif menunda peremajaan lahan sawitnya karena tergiur dengan kenaikan harga komoditas tersebut sejak 2021.

Fungsional Analis Prasarana dan Sarana Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan Rudi Arpian di Palembang, Minggu, mengatakan, karena itu juga membuat Pemprov Sumsel sulit mencapai target maksimal untuk program Peremajaan Sawit Rakyat yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 2017.

Dari total kuota 13.000 hektare, hanya mampu diserap sekitar 50 persen saja oleh petani, kata Rudi.

Faktor nonteknis, yang mana saat ini petani sedang menikmati tingginya harga sawit menjadi alasan kuat untuk menunda peremajaan lahan. Walau usia tanaman sudah tua atau di atas 25 tahun tapi sejatinya masih menghasilkan meski produktivitas tak sebaik tanaman yang berusia 5-10 tahun.

Baca juga: Nilai Tukar Petani perkebunan rakyat naik signifikan di Sumsel

Harga sawit di tingkat petani kini berkisar Rp3.000 per kilogram, sementara sebelum terjadi ‘bombing komoditas’ sejak 2021 hanya di kisaran Rp1.500 per kilogram. Bahkan saat anjlok pada tahun 2018, sempat di kisaran Rp500 per kilogram.

Petani takut kehilangan momen ini apalagi jika lahan diremajakan maka secara otomatis mereka tidak akan mendapatkan pemasukan dari areal sawitnya.

Setidaknya dalam masa tiga tahun, lahan sawit yang diremajakan baru bisa dipanen kembali.

Namun, ada sebagian petani di Sumsel yang beruntung karena telah mengikuti program Peremajaan Sawit Rakyat tahap pertama seperti petani di Kabupaten Musi Banyuasin yang mulai menanam pada 2017.

Baca juga: Gubernur Sumsel minta perkebunan karet dijaga keberlanjutannya terkait impor bokar

Petani di kabupaten itu sudah memanen lahannya sejak pertengahan tahun 2020 sehingga turut merasakan keuntungan berlipat atas kenaikan harga sawit yang sedang terjadi ini.

Di Muba, program PSR terbilang sukses yang menyasar lahan seluas 4.446 hektare yakni tepatnya di Kecamatan Sungai Lilin.

Aditya Wibihafsoro (33), petani sawit di Desa Sidomulyo Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, mengatakan dirinya bersukacita karena tak lama lagi lahan sawit seluas satu hektare dapat dipanen.

Ia yang mengikuti program PSR bersama puluhan petani sawit di desanya pada 2019 diperkirakan akan memanen Tandan Buah Segar kelapa sawit pada pertengahan 2022.

“Sekitar Juli sudah bisa panen, bibit yang baru ini dua tahun sudah bisa panen tidak mesti tunggu tiga tahun,” kata dia.

Baca juga: Pabrik karet Sumsel kekurangan bahan baku terpaksa impor dari Vietnam