Kemenkes: Kasus Omicron di Indonesia 152 orang

id Omicron, pandemi COVID-19,berita sumsel, berita palembang

Kemenkes: Kasus Omicron di  Indonesia 152 orang

Ilustrasi - Virus Corona. (ANTARA/HO-SutterStock).

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mengumumkan jumlah pasien terinfesi varian baru COVID-19, Omicron, di Indonesia kini sudah mencapai total 152 orang.

"Sebanyak 146 merupakan kasus impor dan enam kasus transmisi lokal," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin, saat menyampaikan keterangan pers terkait PPKM yang diikuti dari YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin.

Budi mengatakan dari 152 kasus yang masuk ke Indonesia, setengahnya tanpa gejala, setengahnya lagi sakit ringan.

"Mereka tidak butuh oksigen dan saturasinya masih di atas 95 persen. Sekitar 23 persen atau 34 orang sudah kembali ke rumah. Sampai sekarang tidak ada yang membutuhkan perawatan serius di RS, cukup diberi obat dan vitamin,” katanya.

Ia mengatakan kasus Omicron di Indonesia masih didominasi dari para pelaku perjalanan internasional yang berasal dari negara Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan USA.

Menyusul temuan ini, pihaknya mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak melakukan perjalanan ke luar negeri, terutama kelima negara tersebut. Sebab penularan Omicron terus meluas, terlebih saat libur pergantian tahun dipastikan mobilitas masyarakat kian meningkat.

Selain melakukan upaya promotif dan preventif untuk mencegah kasus Omicron meluas di Indonesia, kata Budi, pemerintah juga menyiapkan aspek penunjang, seperti SDM kesehatan serta tenaga farmasi dan alat kesehatan.

“Jumlah tempat tidur di Indonesia ada sekitar 400 ribu, 30 persen atau 120 ribu kami dedikasikan untuk COVID-19, sekarang yang terisi sekitar 240-250 ribu tempat tidur. Jadi masih ada room sekitar 110 ribu, yang sebelumnya memang sudah kami alokasikan untuk COVID-19,” katanya.

Menkes menambahkan saat serangan varian Delta pada pertengahan 2021, oksigen merupakan kebutuhan esensial bagi perawatan pasien COVID-19, baik di RS maupun isolasi mandiri di rumah. Kelangkaan pasokan oksigen kemudian berdampak terhadap pasien yang sedang menjalani perawatan jntensif.

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen medis, Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan sekitar 16 ribu oksigen konsentrator atau setara 800 ton per hari ke seluruh rumah sakit untuk perawatan pasien COVID-19, terutama RS yang kesulitan mengakses oksigen cair.

“Kami juga sudah menerima dan sedang memasang 31 oksigen generator. Saat ini 70 persen sudah selesai. Ini oksigen medis yang besar, bahkan bisa mengakomodir kebutuhan satu rumah sakit,” katanya.

Kebutuhan obat terapi bagi pasien COVID-19, menurut dia, juga melonjak signifikan saat kenaikan kasus pada pertengahan Tahun 2021. Belajar dari pengalaman, saat ini pemerintah telah menyiapkan stok obat bagi pasien COVID-19 dan siap didistribusikan apabila terjadi lonjakan permintaan obat.

“Hari ini datang Molnuvirapir, saat ini kami simpan dulu, kalau ada apa-apa nanti kami distribusikan. Obat ini terbukti bisa membantu menekan laju pasien yang saturasinya 94 persen ke RS,” katanya.