Pemerintah China rombak kabinet, pakar teroris Ketua Partai Komunis di Xinjiang

id Dewan Pemerintahan China,Dewan Negara China,kabinet China,pemerintah China,eksekutif China

Pemerintah China rombak kabinet, pakar teroris Ketua Partai Komunis di Xinjiang

Arsip - Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan didampingi sejumlah petinggi pemerintahan pada akhir acara peringatan 100 tahun pendirian Partai Komunis China di Lapangan Tiananmen di Beijing, China, Juli 2021. (ANTARA/Reuters)

Beijing (ANTARA) - Dewan Pemerintah atau kabinet China mengumumkan pergantian pejabat seiring perombakan beberapa pengurus Partai Komunis yang berkuasa di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.

Deng Xiaogang diangkat sebagai Wakil Menteri Pertanian dan Perdesaan, demikian pernyataan Dewan Pemerintah seperti dikutip media-media China, Sabtu.

Jabatan Wakil Kepala Badan Produk Kesehatan Nasional ditempati oleh Zhao Junning.

Wu Kongming bakal menempati pos baru sebagai Rektor Chinese Academy of Agricultural Science.

Li Yifei diangkat sebagai komisaris politik di Xinjiang Production and Construction Corps.

Selain pengangkatan, Dewan Pemerintah juga mencopot You Jun dari jabatannya sebagai Wakil Menteri Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Sosial.

Demikian pula dengan Xiong Maoping yang didepak dari kursi yang diduduki sebelumnya sebagai Wakil Kepala Badan Regulasi Pasar.

Sebelumnya Partai Komunis China (CPC) juga diisi oleh wajah-wajah baru.

Mantan prajurit Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang sangat berpengalaman dalam pemberantasan terorisme, Yang Fasen, diangkat sebagai Ketua CPC Kota Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang.

Pakar teroris berusia 50 tahun itu untuk pertama kalinya duduk bersama 14 anggota Komisi Tetap CPC Xinjiang pada kongres CPC di daerah itu, Senin (25/10).

Komisi Tetap CPC Xinjiang terdiri dari 10 orang berlatar etnis Han, etnis mayoritas di China, empat etnis minoritas Muslim Uighur, dan satu etnis minoritas Kazakh.

Jumlah anggota Komisi Tetap di Xinjiang itu lebih banyak dibandingkan 30 provinsi lainnya di China yang hanya 13 orang.

Seorang pengamat dari Xinjiang University menduga hal itu dikarenakan perhatian utama Beijing tertuju pada daerah yang banyak dihuni etnis Uighur itu, khususnya setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan yang berbatasan langsung dengan China di wilayah barat daya.