Bukit Asam raup laba Rp4,8 triliun

id bukit asam,ptba,energi,batubara,bumn

Bukit Asam raup laba  Rp4,8 triliun

Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk. di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatera Selatan, Sabtu (5/11). (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/kye/16)

Palembang (ANTARA) - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) meraup laba Rp4,8 triliun pada kuartal III 2021 atau mengalami kenaikan sebesar 176 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama PTBA Suryo Hadi Eko dalam konferensi pers secara virtual, Senin, mengatakan pencapaian laba bersih tersebut didukung dengan pendapatan sebesar Rp19,4 triliun, meningkat pesat 51 persen dibanding capaian di periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp12,8 triliun.

"Tidak bisa dipungkiri, kenaikan laba karena kenaikan harga batu bara acuan (HBA) . Tapi di luar itu, program efisiensi yang dilakukan PTBA untuk mengendalikan biaya juga turut berpengaruh. Lalu peningkatan volume dan penjualan," kata Suryo.

Seiring dengan pencapaian laba bersih tersebut, perusahaan juga mencatat kenaikan total aset sebesar 19 persen dari sebesar Rp 27,0 triliun di semester I-2021 menjadi Rp 32,2 triliun per 30 September 2021.

Kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong naiknya permintaan atas batu bara, disertai dengan kenaikan harga batu bara yang signifikan hingga menyentuh level 203 dolar AS per ton pada 30 September 2021.

Eko juga menjelaskan di sisi lain PTBA tetap melakukan upaya efisiensi secara berkelanjutan disetiap lini kegiatan, sebagai langkah antisipasi menghadapi volatilitas harga batu bara.

Apabila terjadi penurunan harga maka diharapkan tidak berdampak signifikan pada kinerja perseroan dan tetap dapat membukukan kinerja positif.

Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin juga menjabarkan selain kenaikan harga dan kenaikan produksi. Kinerja keuangan perusahaan di tahun ini memang tertopang dari hasil efisiensi yang dilakukan perusahaan.

Ia menjelaskan efisiensi ini tercermin dari angka beban biaya produksi.

Farida mencatat biaya produksi memang naik 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kenaikan biaya produksi ini karena ada kenaikan volume produksi yang mencapai 18 persen.

“Kami jaga cost lebih efisien walau produksi meningkat,” kata Farida.


Baca juga: Faktor kunci utama Indonesia Power dan Bukit Asam meraih kinerja ekselen