Kabupaten Banyuasin gencarkan budidaya ikan patin, luncurkan program "Gerbang Perak"

id patin,ikan patin,budidaya ikan patin,perikanan,perikanan tangkap ,banyuasin

Kabupaten Banyuasin gencarkan budidaya ikan patin, luncurkan program "Gerbang Perak"

Wakil Bupati Banyuasin Slamet Somosentono pada panen ikan patin di Desa Sungai Regit, Kamis (21/10/2021). (ANTARA/HO-Pemkab Banyuasin)

Palembang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, menggencarkan budidaya ikan dengan meluncurkan program Gerakan Perikanan Rakyat (Gerbang Perak).

Wakil Bupati Banyuasin Slamet Somosentono di Desa Sungai Regit, Kamis, mengatakan, melalui program ini diharapkan potensi perikanan budidaya meliputi air tawar, air payau dan air laut dapat tergarap maksimal.

Meski seluruh kecamatan di Banyuasin saat ini sudah mengembangkan budidaya ikan air tawar, potensi perikanan ini masih bisa dikembangkan lagi, kata dia.

Saat ini total produksi perikanan tangkap di Banyuasin mencapai 58.758,85 ton pada 2020 dengan jumlah nelayan 17.313 orang, sementara produksi perikanan budidaya sebesar 41.490,52 ton dengan jumlah pembudidaya 8.412 orang.

Pemasaran ikan patin sejauh ini sebagian besar ke Pasar Induk Jakabaring Palembang dan ke sejumlah kabupaten di Sumsel, dengan harga ikan patin berkisar Rp15.000-Rp17.000/Kg.

“Saat ini di sentra perikanan patin di Desa Sungai Rengit terjadi perputaran uang mencapai Rp650.000.000 per hari,” kata Wabup dalam temu wicara Kelompok pembudidaya ikan Jaya Sakti Desa Sungai Rengit.

Ia menambahkan saat ini Kabupaten Banyuasin dikenal sebagai penghasil ikan patin terbesar di di Sumatera Selatan, dengan sentra produksi berada di Desa Sungai Rengit, Kecamatan Talang Kelapa.

Total produksi ikan patin di lokasi tersebut mencapai 40 ton per hari dengan kebutuhan pakan 50 ton/hari.

Pemkab sudah mengusulkan ke Dirjen Kelautan dan Perikanan berupa pembangunan pabrik pakan ikan terapung guna menunjang pengembangan usaha budidaya ikan tersebut.

“Kami mengharapkan tersedia pakan yang berkualitas dengan harga terjangkau dapat menghemat pengeluaran biaya,” kata dia.

Pemkab mengharapkan dukungan Dirjen Perikanan Budidaya untuk menetapkan Desa Sungai Rengit sebagai Kampung Patin, sehingga pengembangan budidaya ikan patin dapat terintegrasi dengan pariwisata.

Anggota Komisi IV DPR Renny Astuti mengatakan potensi masih terganjal persoalan ketersedian pakan sehingga menutut pemerintah untuk menyelesaikannya.

“Pemerintah harus melakukan intervensi untuk mengatasi masalah pakan ini. Mesin pembuat pakan harus diperbanyak dan dapat dinikmati oleh pembudidaya ikan,” kata dia.

Sumatera Selatan tercatat menjadi produsen budidaya ikan patin terbesar di Indonesia yakni sekitar 47,4 persen dari total produksi nasional. Ikan patin itu hampir 60 persen bersumber dari Banyuasin.