Luhut tekankan perlunya adaptasi di tengah tantangan ekonomi ke depan

id Luhut Binsar Pandjaitan,ekonomi indonesia,Menko Luhut, COVID-19,pemain baterai EV,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Luhut tekankan perlunya adaptasi di tengah tantangan ekonomi ke depan

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. (ANTARA/HO-Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menekankan perlunya melakukan adaptasi dan melihat potensi atas tantangan yang akan dihadapi perekonomian Indonesia ke depan.

Dalam pembukaan Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021 yang dipantau secara daring dari Jakarta, Kamis, Menko Luhut Pandjaitan mengungkapkan sejumlah tantangan yang tengah dan akan dihadapi di antaranya pandemi COVID-19, perubahan iklim, hingga perubahan kondisi geopolitik.

"Kondisi perekonomian dan iklim investasi di Indonesia sedang menghadapi era baru dengan tantangan besar yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Pertama, pandemi COVID-19. Kedua, ancaman perubahan iklim, dan ketiga perubahan geopolitik terutama persaingan dua negara adi daya, Tiongkok dan Amerika," kata Menko Luhut.

Ia menegaskan Indonesia terlalu besar untuk berpihak kepada kekuatan manapun di dunia saat ini. Terlebih dengan keunggulan kekayaan alam, jumlah penduduk hingga posisinya yang strategis. Kondisi tersebut, menurut dia, membuat Indonesia bisa memainkan peran yang sangat penting dalam percaturan global.

"Dan kita sudah buktikan dalam banyak hal, bahwa Indonesia itu negara yang sangat kuat dan harus diperhitungkan oleh siapapun di dunia saat ini," ujar Menko Luhut. 

Meski ada tantangan lainnya menghadang di depan mata, ia mengajak semua pihak untuk beradaptasi dan selalu melihat potensi dari setiap tantangan yang dihadapi.

Menko Luhut meyakini bangsa Indonesia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Bahkan, ia menyebut tidak selalu capaian negara lain lebih baik dari negara sendiri. Hal itu, misalnya, terkait penanganan COVID-19 di dalam negeri yang justru dipuji banyak negara.

"Sekali lagi, kita sudah buktikan, dengan penanganan COVID-19 yang begitu kompleks, Indonesia dipuji oleh banyak negara di dunia, di mana awalnya kita dilecehkan, di-bully, bangsa sendiri," katanya.

Menko Luhut yang juga Wakil Ketua Tim Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) itu mengatakan pengalaman penanganan COVID-19 telah membuktikan Indonesia mampu beradaptasi. Ketika gelombang kedua peningkatan kasus COVID-19 datang Juli lalu, kondisi Indonesia sangat mengkhawatirkan karena sistem kesehatan berada di ambang batas.

"Banyak sekali celaan kepada kami, tapi menghadapi situasi tersebut, langkah pembatasan mobilitas masyarakat merupakan satu-satunya pilihan yang harus diambil. Per 3 Juli, pemerintah menerapkan PPKM Darurat Level di Jawa-Bali dengan tujuan menurunkan mobilitas masyarakat sehingga kasus harian dapat ditekan dan di saat bersamaan memberikan waktu bagi pemerintah untuk meningkatkan fasilitas sistem kesehatan," ujarnya.

Selain mengajarkan adaptasi, lanjut Menko Luhut, COVID-19 juga disebutnya telah mengajarkan bagaimana melihat potensi di tengah kesulitan. Salah satunya yakni potensi investasi di sektor kesehatan meningkat keterbatasan sistem kesehatan di dalam negeri.

"Keterbatasan sistem kesehatan menunjukkan bahwa potensi investasi pada sektor kesehatan dalam negeri masih sangat luas, baik dari sisi pembuatan farmasi dan bahan bakunya, peningkatan kapasitas pelayanan primer seperti puskesmas hingga yang sifatnya tersier seperti wisata kesehatan," ujarnya.

Demikian pula tren digitalisasi yang terus berkembang karena adanya pandemi. Menko Luhut berharap pola pikir terkait adaptasi dan melihat potensi diri juga bisa diterapkan untuk menghadapi tantangan lainnya di masa mendatang.

"Sebagai penghasil nikel terbesar, Indonesia dapat menjadi pemain baterai EV (kendaraan listrik) sementara negara-negara bertransformasi ke arah zero emission akibat ancaman perubahan iklim. Indonesia juga berpotensi memperoleh keuntungan dari credit carbon karena merupakan salah satu negara yang memiliki hutan dan mangrove terbesar di dunia," ujarnya.