Sindir AS, Xinjiang ungkit pembuatan film "The Kite Runner"

id xinjiang,afghanistan,berita sumsel, berita palembang

Sindir AS, Xinjiang ungkit pembuatan film  "The Kite Runner"

Arsip - Warga etnis minoritas Muslim Uighur menari bersama merayakan Idul Fitri di halaman Masjid Idkah, Kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, China, Mei 2021. (ANTARA/Xinhua)

Beijing (ANTARA) - Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, China, mengungkit proses pembuatan film "The Kite Runner" yang diadaptasi dari novel karya penulis Afghanistan-Amerika Khaled Hosseini.

Juru bicara Pemerintah Daerah Otonomi Xinjiang, Xu Guixiang, di Beijing pada Senin (30/8) memastikan bahwa film drama buatan Amerika Serikat yang dirilis pada 2007 itu mengambil lokasi syuting di Kota Kashgar dan Kabupaten Taxkorgan.

"Betapa sulitnya mendapatkan tempat yang cocok di Afghanistan untuk film tersebut, mereka memilih Xinjiang," kata dia seraya mempertontonkan dua potongan gambar film tersebut di hadapan awak media lokal dan asing.

Film yang bersumber dari novel dengan judul yang sama itu kini menjadi sorotan warganet China.

Mereka membandingkan situasi porak-poranda di Kabul dengan situasi damai di Kashgar yang terpisah sejauh 300 kilometer.

Menurut Xu, pengambilan gambar tokoh film tersebut, Amir dan Hassan, saat bermain di bawah pohon delima itu berlokasi di Kabupaten Taxkorgan yang banyak dihuni etnis minoritas Tajik di Xinjiang.

"Ironis, AS yang mengawali perang di Afghanistan untuk memberangus terorisme, namun tidak membantu rakyat Afghanistan. Lalu apa yang dibawa ke Afghanistan?" ujar pengurus teras Partai Komunis China (CPC) Xinjiang itu.

Menurut dia, peperangan yang berkelanjutan telah menyebabkan kerusakan parah bagi Afghanistan.

"Bahkan tidak ada tempat untuk pembuatan film di Afghanistan. Tapi AS mengabaikan stabilitas keamanan di Xinjiang dan hanya menuduhnya melakukan pelanggaran HAM," kata Xu.

"Tidak masalah dengan perubahan yang terjadi di luar sana, kami akan tetap memelihara stabilitas dan perdamaian," tegasnya.

"The Kite Runner" mengisahkan Amir, seorang bocah dari keluarga berada di Kabul, yang merasa bersalah karena meninggalkan sahabatnya, Hassan, saat Afghanistan dilanda berbagai kekacauan sejak jatuhnya monarki, eksodus besar-besaran pengungsi ke Pakistan dan AS, hingga kebangkitan Taliban.