Ekonomi RI perlu tumbuh 6 persen

id Bappenas,Kementerian PPN,redesain transformasi ekonomi,transformasi ekonomi,COVID-19

Ekonomi RI perlu tumbuh 6 persen

Tangkapan layar Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Amalia Adininggar menjadi pembicara dalam webinar bertajuk “50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi” di Jakarta, Rabu (4/8/2021). (ANTARA/Sanya Dinda)

Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Amalia Adininggar mengatakan ekonomi Indonesia perlu tumbuh rata-rata enam persen per tahun untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) sebelum tahun 2045.

Untuk mencapai ini, menurut dia, Indonesia harus melakukan redesain transformasi ekonomi agar pertumbuhan ekonomi kembali terangkat ke level yang sesuai dengan perencanaan sebelum terdampak COVID-19.

“Satu-satunya cara kita harus meredesain transformasi ekonomi kita. Tapi transformasi ekonomi ke depan perlu inklusif, masuk ke green economy, green recovery, tentunya harus berkelanjutan,” kata Amalia dalam webinar bertajuk “50 Tahun Nalar Ajar Terusan Budi” di Jakarta, Rabu.

Transformasi ekonomi bisa dilakukan mengubah struktur perekonomian dari sektor berproduktivitas rendah menjadi produktivitas tinggi. Selain itu, Indonesia juga bisa meningkatkan produktivitas pada tiap sektor.

Baca juga: Sri Mulyani ungkap empat kunci RI keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah

“Jadi kunci peningkatan produktivitas itu ada dua, mengubah strukturnya atau pindah sektor dari produktivitas rendah ke tinggi, atau meningkatkan produktivitas di dalam sektor itu sendiri,” ucapnya.

Ia mengatakan pemerintah dan segenap bangsa Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi karena pertumbuhan ekonomi yang hanya lima persen per tahun tidak akan bisa membawa Indonesia keluar dari status negara berpendapatan menengah.

Untuk itu, Indonesia harus bisa mendorong pertumbuhan sektor manufaktur yang ekspornya masih lebih rendah dibanding negara-negara peers. Indonesia pun harus bisa berhenti mengandalkan komoditas sumber daya alam (SDA) mentah untuk diekspor.

Indonesia juga harus bisa meningkatkan nilai ekspor per kapita dan mendiversifikasi ekspor. Selanjutnya, kinerja sektor manufaktur perlu terus dijaga.

“Saat ini kinerja sektor manufaktur turun terlalu cepat dibandingkan negara-negara pembanding dalam level PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita yang sama,” imbuhnya.

Ia mengatakan Indonesia harus meniru Rumania dan Korea Selatan yang berhasil keluar dari status negara berpendapatan menengah. Belajar dari kedua negara tersebut, Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi secara konsisten.

“Korea melakukan pengembangan sektor industri yang masif diLengkapi dengan peningkatan sumber daya manusia, dan riset dan teknologi. Rumania juga bisa tumbuh sukses karena melakukan diversifikasi ekspor dari labour-intensive low-tech sektor ke sektor yang lebih produktif seperti otomotif, machinery, dan elektronik,” kata Amalia.