Perenang Rusia tuding Olimpiade 2020 tak adil

id Olimpiade Tokyo,Renang OIimpiade Tokyo,Yulia Efimova

Perenang Rusia tuding Olimpiade  2020 tak adil

Foto arsip - Perenang Rusia Yulia Efimova berpose dengan medali perak di podium setelah final 200m gaya dada putri dalam Olimpiade Rio 2016 di Olympic Aquatics Stadium di Rio de Janeiro pada 11 Agustus 2016. (AFP/GABRIEL BOUYS)

Jakarta (ANTARA) - Perenang Rusia Yulia Efimova menuding Olimpiade Tokyo berlaku tidak adil karena ada sejumlah atlet yang dilarang berlomba dan juga penyelenggara sangat membatasi gerak peserta Olimpiade saat ini sampai mereka kesulitan berbelanja oleh-oleh.

Selain itu, dia juga mengkritik penyelenggara yang membuat jadwal final renang pagi hari hanya untuk memenuhi permintaan jam tayang utama televisi AS.

Perenang yang tampil dalam Olimpiade keempatnya ini merupakan sosok yang kontroversial pada Olimpiade Rio 2016 Rio setelah menuduh lawannya dari Amerika Serikat Lilly King curang menggunakan obat-obatan. King adalah peraih medali emas 100m gaya dada putri di Rio itu.

Perenang Rusia yang didiskualifikasi selama 16 bulan mulai Oktober 2013 sampai Februari 2015 setelah positif menggunakan anabolic steroid itu, memenangkan medali perak.

Efimova dan King akan bertemu kembali di Tokyo Selasa ini dalam final nomor yang sama.

"Saya marah karena mustahil bisa pergi ke mana-mana dan banyak atlet yang dilarang mengikuti kompetisi ini. Ini Olimpiade yang tidak adil, ketika tidak semua orang bisa berlomba," kata dia kepada laman www.matchtv.ru seperti dikutip kembali oleh Reuters, Selasa.
 
Atlet renang Rusia Yulia Efimova saat bertanding di nomor 100m gaya dada putri Olimpiade Tokyo 2020 di Tokyo Aquatics Centre (ANTARA/USA TODAY Sports/Rob Schumacher)


Perenang berusia 29 tahun itu tidak menjelaskan alasannya namun sejumlah atlet memang dibatalkan berlomba karena positif terpapar COVID-19.

Atlet-atlet Rusia yang berlomba dalam Olimpiade Tokyo juga diharuskan menggunakan Komite Olimpiade Rusia (ROC) karena bendera dan lagu kebangsaannya tak boleh dimainkan menyusul pelanggaran doping yang mereka lakukan.

"Sayangnya di dunia kita, uang menentukan segalanya dan mereka tidak memberikan perhatian kepada kepentingan atlet," kata dia menunjuk jadwal lomba pagi hari, yang berbeda jauh dengan Olimpiade Rio yang digelar malam hari.

"Kami akan menyaksikan hasil yang lebih baik jika kami berlomba dalam final pada malam hari," sambung dia.

"Rekor dunia akan pecah. Tetapi juga menarik karena hal yang tidak bisa diprediksi meningkat (pada pagi hari)."

Efimova juga memasalahkan desa atlet yang disebutnya kecil dan mengkritik pembatasan bergerak yang diberlakukan panitia.

"Yang paling mengganggu saya adalah toko oleh-oleh yang tidak bisa Anda datangi. Dan jika Anda ke sana, sudah tak ada apa-apa. Saya suka membawa oleh-oleh saat pulang," pungkas Efimova.