Pedagang pasar tradisional Palembang keluhkan penurunan daya beli

id daya beli masyarakat,bank indonesia,bank indonesia perwakilan sumsel,bi sumsel,pedagang,pedagang pasar trad,KepadaYth: Mbak Endah Seketariat PLN UIW

Pedagang pasar tradisional Palembang  keluhkan penurunan daya beli

Pedagang ikan gabus di Pasar Perumnas Palembang, Senin (26/7). (ANTARA/Dolly Rosana/21)

Palembang (ANTARA) - Sejumlah pedagang pasar tradisional Palembang, Sumatera Selatan, mengeluhkan terjadinya penurunan pendapatan akibat daya beli masyarakat yang rendah sehingga berimbas pada kehidupan ekonominya.

Rohim, pedagang ikan gabus di Pasar Perumnas Palembang, Senin, mengatakan, walau harga sudah turun jika dibandingkan Idul Adha (20/7) lalu tapi tetap saja sepi pembeli.

Harga ikan gabus segar sudah di harga rendah Rp40.000/Kg dari biasanya Rp55.000/Kg tapi tetap saja pemasukan tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkannya.

“Pernah saya termakan modal sendiri, ya artinya rugi. Mau bagaimana lagi, pasar sepi, banyak pedagang dibandingkan pembelinya,” kata Rohim.

Senada, Ali, pedagang tahu dan tempe di pasar tersebut juga mengeluhkan penurunan daya beli masyarakat ini yang sangat terasa setelah perayaan Idul Adha.

“Saya terpaksa buang tempe dan tahu ini, karena sudah busuk, tak ada yang beli,” kata Ali.

Menurut pedagang ini penurunan daya beli disebabkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang membuat masyarakat banyak beraktivitas di rumah.

Berdasarkan pantauan Antara, harga sejumlah kebutuhan masyarakat bergerak turun dibandingkan sepekan lalu. Di antaranya, ayam potong dari Rp27.000/Kg menjadi Rp24.000/Kg dan ikan segar yakni ikan patin dari Rp25.000/Kg menjadi Rp22.000/Kg, ikan nila Rp28.000/Kg menjadi Rp25.000/Kg, ikan gurami Rp40.000/Kg menjadi Rp35.000/Kg.

Sementara untuk sayuran relatif stabil, cabai merah Rp20.000/Kg, bawang putih Rp28.000/Kg, bawang merah Rp35.000/Kg, wortel Rp8.000/Kg, wortel impor Rp12.000/Kg, kentang Rp14.000/Kg dan tomat Rp12.000/Kg.

Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Selatan menilai mulai terjadi pelemahan daya beli karena dipengaruhi sejumlah faktor, diantaranya penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

“Iya, dari sisi permintaan saat ini masih melemah,” kata Kepala BI Perwakilan Sumatera Selatan Hari Widodo.

Sebelumnya, Bank Indonesia selaku Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengingatkan para pemangku kepentingan di Sumsel untuk fokus pada ketersediaan logistik selama masa PPKM tahap pertama, 14-20 Juli 2021.

Ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi kelangkaan bahan pokok, yang dikhawatirkan akan berimbas pada kenaikan harga. Ternyata, selama periode tersebut, BI memantau pasokan bahan kebutuhan pokok terbilang terpenuhi di Sumsel.

Namun, fakta di lapangan yang didapati menunjukkan harga-harga mulai bergerak turun, di antaranya ayam potong.

“Tentunya inflasi yang rendah ini tidak bagus untuk perekonomian. Oleh karena itu, semua pihak harus mendorong dari sisi ekonomi,” kata dia.

Provinsi Sumatera Selatan mengalami deflasi pada Juni 2021 senilai 0,01 persen dipicu oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah angkutan udara, beras, dan daging ayam ras.

Sementara kondisi pada Juli 2021, BPS akan merilis hasil pendataannya pada awal Agustus 2021, untuk mengetahui apakah Sumsel mengalami inflasi atau deflasi.