Jakarta (ANTARA) - Tim senam Jerman memilih mengenakan seragam lebih tertutup seperti terlihat ketika mereka menjalani kualifikasi di Olimpiade Tokyo pada Minggu sebagai bagian kampanye mendorong perempuan memakai apa yang dirasa mereka nyaman.
Tim yang terdiri dari Sarah Voss, Pauline Schaefer-Betz, Elisabeth Seitz, dan Kim Bui itu mengenakan unitard, yang merupakan kombinasi leotard dan legging yang memanjang sampai tumit, berwarna merah putih.
Mereka mengenakan seragam serupa saat latihan pada Kamis dan mengatakan bahwa mereka bisa memilih mengenakan seragam itu lagi ketika bertanding.
Voss mengatakan timnya telah mendiskusikan pilihan seragam mereka sebelum berlaga pada Minggu dan telah memilih unitard.
"Ketika Anda tumbuh sebagai perempuan, sedikit banyak cukup sulit membiasakan diri dengan tubuh baru Anda," kata Voss seperti dikutip Reuters.
"Kami ingin memastikan semua orang merasa nyaman dan kami menunjukkan ke semuanya bahwa mereka bisa mengenakan apapun yang mereka inginkan dan terlihat luar biasa, merasa hebat, apakah itu leotard panjang atau yang pendek.
Voss mengatakan timnya, yang memakai baju tertutup penuh di kejuaraan Eropa pada April sebagai upaya menentang seksualisasi di olahraga itu, ingin tren pakaian tersebut berlanjut.
"Kami ingin menjadi role model, membuat semua orang berani mengikuti kami," kata Voss.
Keputusan Jerman memilih seragam unitard itu mendapat pujian dari para kompetitor lainnya di Tokyo.
"Saya rasa sangat keren mereka memiliki keberanian untuk berdiri di arena yang sangat besar itu dan menunjukkan kepada perempuan-perempuan di seluruh dunia bahwa kalian bisa mengenakan apapun yang kalian inginkan," kata pesenam Norwegia Julie Erichsen. "Saya bertepuk tangan untuk mereka."
Dalam beberapa tahun terakhir dunia senam telah dinodai berbagai kasus pelecehan fisik dan seksual, sehingga memicu pengenalan protokol keamanan baru untuk melindungi atlet.
Bagi perempuan, seragam kompetisi standar adalah leotard, dengan lengan panjang, setengah panjang, atau tanpa lengan diperbolehkan.
Seragam yang menutupi kaki diizinkan di kompetisi internasional tapi selama ini mereka dikenakan secara khusus karena alasan agama.
Berita Terkait
STY nilai keputusan Arhan hengkang dari Tokyo Verdy sudah tepat
Kamis, 14 Desember 2023 17:05 Wib
"Perfect Days" jadi pembuka Tokyo International Film Festival 2023
Selasa, 24 Oktober 2023 9:23 Wib
Mahasiswa Indonesia juarai lomba di Jepang lewat aplikasi revolusioner
Rabu, 18 Oktober 2023 17:22 Wib
Film dokumenter tradisi berburu paus Lamalera diputar di Tokyo
Senin, 28 Agustus 2023 14:46 Wib
Manfaat empeng bagi bayi hingga NCT Tokyo jadi ekspansi terakhir unit
Minggu, 26 Februari 2023 8:57 Wib
Indonesia bidik dua besar Kejuaraan Dunia Kempo 2023 di Tokyo
Jumat, 3 Februari 2023 7:14 Wib
Kasus COVID-19 di Jepang kembali melonjak, WNI diimbau jaga diri
Rabu, 23 November 2022 12:20 Wib
Dubes RI: Kritik atas pemakaman kenegaraan PM Abe dalam koridor demokrasi
Senin, 26 September 2022 21:43 Wib