Juan Correa kembali membalap, 20 bulan setelah tragedi di Spa

id formula1,formula3,juan manuel correa,anthoine hubert,berita sumsel, berita palembang, palembang hari ini

Juan Correa kembali membalap, 20 bulan setelah tragedi di Spa

Pebalap Formula 3 Juan Manuel Correa membawa seragamnya di Barcelona. (5/5/2021) (AFP/Lluis Gene)

Jakarta (ANTARA) - Juan Manuel Correa kembali membalap akhir pekan ini di Barcelona, 20 bulan setelah terlibat kecelakaan yang menyebabkan kawan sesama pebalap Anthoine Hubert meninggal dunia.

Pebalap kelahiran Ekuador 21 tahun lalu itu menderita secara fisik dan mental setelah mengalami kecelakaan di balap Formula 2 di Sirkuit Spa-Francorchamps yang menewaskan Hubert.

"Itu akan menentukan dan telah menentukan siapa saya," kata Correa kepada jurnalis AFP Raphaelle Peltier jelang seri pembuka Formula 3 di Sirkuit Barcelona-Catalunya, Spanyol.

Correa pun harus berdamai dengan dirinya, meski tak bisa melupakan bagaimana mobilnya menghantam mobil Hubert yang hilang kendali di Belgia pada 31 Agustus 2019.

"Saya merasa bertanggung jawab atas kematiannya, sesuatu yang saya tak pernah pikirkan akan saya rasakan dalam hidup saya, tapi tidak sampai ke tahap di mana saya merasa bersalah.

"Saya hanya merasa seperti syok: Saya menewaskan teman saya, itu bukan kesalahan siapa-siapa tapi itu terjadi. Itu perasaan yang sangat menakutkan."

Correa mengalami retak tulang kaki yang parah. Dia menjalani operasi selama 17 jam dan lebih dari dua pekan dalam keadaan koma terinduksi.

"Kaki kanan saya terjebak di dalam kokpit, dan seperti tertekuk ke arah yang salah, seperti (kaki) boneka."

Correa harus memilih - kehilangan kaki kanannya atau mencoba menyelamatkannya dengan operasi yang kemungkinan ia tidak akan bisa menyintas.

"Pada akhirnya mencoba dan menyelamatkan kaki ini merupakan keputusan yang baik. Saya rasa saya tidak akan melewatinya lagi lain kali, saya lebih memilih memotongnya saja kalau boleh jujur," kata dia.

"Terlalu berat. Saya tidak akan merekomendasikan ini kepada siapapun."

Setelah berbulan-bulan menjalani rehabilitasi dan menahan rasa sakit yang menyiksa diri, impian untuk membalap ke Formula satulah yang membuatnya tetap semangat.
 

"Saya tidak pernah ingin bunuh diri, tapi saya menderita karena hidup," ingat dia.

"Saya merasa sedikit 'gila' ketimbang berani kalau boleh jujur.

"Inilah yang benar-benar saya perlukan agar selamat, untuk kembali.

"Impian saya masih hidup, saya ingin mewujudkannya.

"Saya tahu saya bisa. Jika saya tidak mampu ke F1, itu bukan karena batasan fisik saya, tentunya."

Correa musim ini membalap di Formula 3 bersama tim ART Grand Prix. Meski menggunakan rem yang lebih lunak di mobilnya, Correa memiliki setup yang sama dengan rival-rivalnya untuk balapan pada Sabtu nanti.

Dia merasa tertinggal setelah vakum cukup lama, dengan Mick Schumacher, Yuki Tsunoda, dan Nikita Mazepin yang telah lulus ke ajang F1.

"Saya bisa melihat bagaimana teman-teman dan rival saya melanjutkan karier mereka dan saya saat itu terjebak di kursi roda."

Akan tetapi di Barcelona pada Sabtu nanti Correa akan memulai babak baru.

"Saya sangat yakin bahwa saya adalah seorang pebalap.

"Tapi akan butuh waktu untuk kembali ke ritmenya. Ini akhir pekan balapan dan saya merasa tersesat dalam arti bahwa pola pikir apa yang harus saya miliki.

Satu hal yang bisa dia harapkan adalah sambutan yang hangat bagi seorang pebalap yang pemberani saat ia melanjutkan pekerjaan yang hampir membunuhnya, tetapi juga yang membuatnya tetap hidup.