Gubernur Sumsel inginkan subsidi beralih ke harga gabah

id petani,gabah,gabah kering gilik,gkg,petani sumsel,subsidi pupuk ,pupuk subsidi,harga gabah,gubernur sumsel,berita sumsel, berita palembang, antara sum

Gubernur Sumsel inginkan subsidi beralih  ke harga gabah

Gubernur Sumsel Herman Deru. (ANTARA/HO/21)

Palembang (ANTARA) - Gubernur Sumsel Herman Deru menyarankan program subsidi pemerintah ke petani beralih dari sisi input ke sisi output yakni dari pupuk dan benih ke harga gabah.

“Kita harus inovasi yang ekstreem Subsidinya jangan di pupuk, tapi di harga gabahnya agar petani punya jiwa entrepreneur,” kata Herman Deru di Palembang, Minggu.

Ia menjelaskan pemerintah mengalokasikan pupuk subsidi ke Sumsel namun diakui jumlahnya sangat terbatas sehingga tidak seluruh petani merasakan manfaatnya.

Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan berupa alat mesin pertanian (alsintan) yang jumlahnya juga terbatas.

Program bantuan seperti sumur bor dan pompanisasi, hingga listrik masuk sawah juga diberikan di sejumlah daerah sentra produksi beras, namun tak seluruhnya menyasar kelompok tani.

Beragam program ini tak lain bertujuan meningkatkan produktivitas lahan namun hingga kini produktivitas lahan di Sumsel masih rendah yakni 5,9 ton gabah kering giling (GKG) per Hektare. Sementara di Jawa sudah mencapai 9 ton GKG per Hektare.

Dengan harga gabah yang anjlok seperti saat ini, petani mengalami kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan satu musim panen (4 bulan/100 hari).

Herman Deru menjelaskan, dengan rendemen 59 persen, petani hanya memperoleh 3,5 ton beras per Hektare.

Jika HPP Rp8.500 per Kg, maka petani mendapatkan pendapatan kotor Rp30 juta dalam masa 100 hari.

“Ini belum dikurangi biaya lain seperti sewa alsintan, pupuk, belum dan kegiatan pasca panen. Jika dibagi, petani cuma dapat Rp150.000 per hari, atau sama saja dengan gaji tukang (kuli). Artinya petani jadi kuli di lahan sendiri,” kata dia.

Oleh karena itu, Herman Deru mengharapkan pemerintah pusat mengkaji kemungkinan peralihan subsidi ke harga gabah. Hal ini pun sudah disampaikannya ke Kementan.

“HPP gabah Rp5.300 per Kg, harga di lapangan Rp3.000 per Kg. HPP beras Rp8.300 per Kg, maka harga di lapangan Rp7.000 per Kg. Jika selisih ini disubsidi, maka petani ada jaminan sehingga bisa fokus meningkatkan produksi,” kata dia.

Wawan Darmawan, petani di Desa Sumber Mulya, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, mengatakan harga gabah anjlok pada musim panen pada Maret-April 2021.

Harga gabah anjlok dari Rp4.000-Rp4.500 per Kg menjadi Rp3.600-Rp3.500 per Kg.

“Di satu sisi kami diminta meningkatkan produksi, tapi ketika produksi sudah meningkat, toh harga gabah anjlok,” kata dia.

Ia mengharapkan pemerintah dapat mencontoh Vietnam dan Thailand yang menerapkan subsidi pada harga gabah.

“Saat ini jika dihitung-hitung, biaya produksi satu Hektare lahan mencapai Rp10 juta, dengan pendapatan panen sekitar Rp30 juta, maka pendapatan harian cuma 150.000-an per hari, padahal kami punya aset (lahan),” kata dia.