Usaha ritel perlu tetap optimis meski ada dampak PPKM

id ritel,ppkm,mal,restoran,ramadhan,colliers

Usaha ritel perlu tetap  optimis meski ada dampak PPKM

Ilustrasi - Pemandangan dari atas berbagai jenis properti di wilayah DKI Jakarta. ANTARA/M Razi Rahman

Jakarta (ANTARA) - Kondisi usaha di bidang ritel di Tanah Air dinilai perlu untuk tetap optimistis karena meski ada dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro menjelang Ramadhan, sejumlah indikasi telah menunjukkan potensi pemulihan ekonomi.

"Enam pusat perbelanjaan diperkirakan selesai (dibangun di kawasan Jabodetabek) sepanjang 2021 dan menambah sekitar 170.000 meter pasok baru," kata Senior Associate Director Colliers Indonesia (konsultan properti) Ferry Salanto dalam paparan properti di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, dalam pengembangan dan pembangunan ritel atau pusat perbelanjaan, sejumlah pihak saat ini cenderung untuk ke luar Jakarta yaitu ke berbagai daerah di sekitar ibu kota karena relatif masih terdapat lahan kosong yang lebih banyak dibandingkan di dalam Jakarta.

Berdasarkan data Colliers, total pasok ruang ritel di Jakarta tercatat 4,83 juta meter persegi, sedangkan di Bodetabek tercatat 2,84 juta meter persegi.

Ia mengungkapkan beberapa pengelola masih menunggu saat yang tepat untuk mengoperasikan mall atau pusat perbelanjaan baru mereka. "Yang mereka cari bagaimana saat grand launching (peluncuran akbar), pengunjungnya bisa normal kembali," ujarnya.

Ferry mengakui PPKM berdampak sangat berat baik kepada pengelola mall maupun penyewa gerai di dalam pusat perbelanjaan itu sendiri, karena tingkat trafik (kerumunan) berkurang drastis dampak dari pandemi.

Menurut dia, mall harus memiliki trafik atau kerumunan yang tinggi karena berarti semakin tinggi pula potensi agar kerumunan tersebut dapat dikonversikan menjadi transaksi belanja.

Ferry mengemukakan tingkat kunjungan ke mall saat ini baru mencapai 30-40 persen dibandingkan waktu normal. Kontribusi dari penyewa yang tinggi dari mall yang akan buka diharapkan meningkatkan okupansi pada 2021 ini.

Sebelumnya, perusahaan teknologi ritel Eyos (Emporio Analytics Indonesia) menerbitkan hasil riset yang menunjukkan bahwa bisnis perdagangan independen modern di Indonesia tidak terpengaruh pandemi COVID-19 bahkan mengalami pertumbuhan.

"Dampak pembatasan akibat pandemi membuat turunnya aktivitas bisnis dan ekonomi termasuk bisnis ritel eceran, namun riset kami terhadap dua ribu toko modern independen (modern trade independent/MTI) ternyata tidak semuanya turun," kata Country Manager Eyos, Soon Lee di Jakarta, Senin (8/3).