Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih mengatakan, gangguan gizi dan diare menjadi penyakit penyerta atau komorbid yang menyebabkan pasien COVID-19 pada anak meninggal dunia.
"Di Indonesia, komorbid pada anak ada kekhasan dibanding negara lain, makanya anak di Indonesia banyak kasus meninggal misalnya kasus pneumonia, demam berdarah, gangguan gizi dan diare," kata dia dalam konferensi daring bertema "Peduli Gizi Anak Selama Pandemi", Kamis.
Daeng menyebutkan, angka kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia tertinggi di antara negara-negara kawasan Asia Tenggara, China dan Amerika Serikat dengan angka 1,7 persen.
Agar anak tak sampai terkena diare sekaligus kebutuhan zat gizinya terjaga, dia menyarankan para orang tua memastikan asupan makanan mengandung zat gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, ditambah zinc, asam folat, dan mikronutrisi lainnya.
"Supaya nutrisi terserap dengan baik, keseimbangan mikroorganisme dalam usus, probiotik penting ada dalam makanan. Dengan probiotik baik maka keseimbangan mikroorganisme menjadi baik, serapan nutrisi akan juga menjadi baik," tutur Daeng.
Dalam kesempatan yang sama, dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sekaligus Head of Medical KABLE Nutritionals Muliaman Mansyur mengatakan, selain memberi makanan sehat dan seimbang, orang tua juga perlu memberikan nutrisi tambahan yang tepat karena dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Nutrisi tambahan yang diberikan ini bisa berupa susu, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk untuk mendukung saluran pencernaan yang lebih sehat, agar bakteri baik yang ada di dalamnya bisa membentuk daya tahan tubuh yang lebih optimal.
Menurut dia, serat pangan inulin bisa menjadi salah satu senjata utama dalam menjaga kesehatan tubuh anak sekaligus tumbuh kembangnya.
"Serat pangan inulin adalah salah satu jenis prebiotik yang tinggi serat dan rendah kalori serta dapat menjadi pilihan nutrisi yang bermanfaat bagi saluran pencernaan anak, apalagi saluran pencernaan sering disebut sebagai otak kedua manusia," kata Muliaman.
Daeng menambahkan, pola makan seimbang yang terdiri dari nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan nutrisi mikro (vitamin dan mineral) juga perlu dikombinasikan dengan pola hidup bersih sehat (PHBS) seperti rajin cuci tangan, menghindari keramaian, memakai masker, tidur cukup, tetap beraktivitas fisik, serta stres rendah, paling efektif membantu tubuh melawan infeksi virus dan penyakit.
"Hal ini sama pentingnya untuk orang dewasa maupun anak-anak, apalagi dalam situasi saat ini. Oleh karenanya para orang tua dan anggota keluarga perlu memperhatikan dengan benar-benar pemenuhan nutrisi dan juga aktivitas anak sehari-hari," ujar dia.
Berita Terkait
Gagal ginjal akut misterius pada anak terjadi tanpa komorbid
Jumat, 21 Oktober 2022 16:45 Wib
Jamaah calon haji lansia dan komorbid harus dibadalkan lontar jumrah
Minggu, 10 Juli 2022 8:00 Wib
Luhut minta lansia di atas 60 tahun tak keluar rumah sebulan ke depan
Minggu, 6 Februari 2022 3:18 Wib
Jubir: Imunisasi dasar penting untuk lindungi risiko komorbid tinggi
Selasa, 28 Desember 2021 9:06 Wib
Ahli: Anak dengan komorbid berisiko tinggi dari COVID-19
Rabu, 1 Desember 2021 8:34 Wib
Kemenkes: Penyakit diabetes mendominasi komorbid pada pasien COVID-19 meninggal
Rabu, 3 November 2021 22:26 Wib
14 jenis komorbid sebabkan ribuan pasien COVID-19 di Sumsel meninggal
Kamis, 23 September 2021 19:04 Wib
Kondisi stabil syarat pasien sakit jantung dapatkan vaksinasi COVID-19
Selasa, 3 Agustus 2021 13:18 Wib