Sumatera Selatan target produksi 3,1 juta ton GKG tahun 2021

id padi,sawah,produktivitas sawah,sumatera selatan,sawah sumsel,panen sumsel,padi sumsel,produksi beras sumsel

Sumatera Selatan target produksi 3,1 juta ton GKG tahun 2021

Petani memilah padi untuk dipanen di lahan sawah kawasan Jakabaring Palembang, Jumat (19/10/2018). (ANTARA/Feny Selly/18)

Palembang (ANTARA) - Provinsi Sumatera Selatan menargetkan dapat memproduksi 3,1 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2021 dengan meningkatkan intensitas penanaman dan produktivitas.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan R. Bambang Pramono di Palembang, Selasa, mengatakan, peluang peningkatan produksi itu sangat terbuka karena terdapat sejumlah daerah sentra produksi yang memiliki areal sawah yang luas tapi intensitas penanamannya masih rendah, yakni hanya satu kali dalam satu tahun.

“Kami akan fokuskan di lima daerah sentra utama yakni Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Musi Rawas,” kata Bambang yang dijumpai setelah Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel.

Pada 2020, Sumsel berada pada urutan kelima untuk produksi gabah secara nasional yakni 2,6 juta ton GKG, atau masih di bawah Sulawesi Selatan dengan 4,6 juta ton GKG, Jawa Barat 9,0 juta ton GKG, Jawa Tengah 9,6 juta ton GKG dan Jawa Timur 9,9 juta ton GKG.

Ia mengatakan dengan target 3,1 juta ton GKG pada 2021 itu, artinya Sumsel harus menambah sekitar 400 ribu ton GKG karena produksi tahun 2020 itu tepatnya 2.696.103 ton GKG.

Potensi itu ada di Kabupaten Banyuasin (penghasil padi terbanyak di Sumsel) yang memiliki luas tanam 184.000 Ha karena indeks penanamannya masih 1,1, artinya pada musim kedua hanya 10 persen dari total lahannya yang ditanami kembali oleh petani.

“Jika ini dijadikan dua kali maka ada potensi peningkatan produksi yang besar di musim tanam kedua,” kata dia.

Ini juga yang mendorong keberanian Sumsel menargetkan peningkatan indeks penanaman menjadi 1,23 pada  2021 karena sementara ini setiap musim tanam kedua (April-September) hanya sekitar 23 persen dari luas lahan sawah yang digarap petani.

Peluang lainnya juga terbuka di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan produksi beras nomor dua di Sumsel dan nomor 15 secara nasional. Kabupaten ini memiliki keunggulan karena memiliki saluran irigasi dan luas lahan tanam yang cukup luas, dengan rata-rata melakukan dua kali tanam dalam satu tahun.

Selain itu, Sumsel juga tidak mengabaikan potensi dari Kabupaten Ogan Komering Ilir yang saat ini menjadi peringkat 24 untuk produksi beras secara nasional.

“OKI ini yang sedang kami garap, karena daerah ini menjadi areal pertanian terluas di Sumsel tapi intensitas pertaniannya masih rendah,” kata dia.

Sejauh ini, hanya dua daerah di Sumsel yang sudah bisa tiga kali tanam yakni OKU Timur dan Musi Rawas karena memiliki saluran irigasi. Sementara selebihnya masih menggandalkan alam seperti sawah rawa lebak dan sawah tadah hujan untuk pengairannya.

Ini yang menjadi kendala untuk diterapkannya dua kali tanam hingga tiga kali tanam.

Untuk pertanian rawa lebak kerap kesulitan untk mengelola air karena di saat musim tanam kedua biasanya air sedang dalam sehingga dibutuhkan saluran irigasi permukaan seperti yang dilakukan di Kayuagung, Ogan Komering Ilir.

Sementara untuk sawah tadah hujan kerap terkendala pada ketersediaan air di saat musim kemarau, sehingga infrastruktur sumur bor mutlak dibutuhkan seperti di OKU Timur dan OKI.

“Rencananya tahun ini kami akan salurkan bantuan pembanguan sumur bor,” kata dia.

Sedangkan sawah pasang surut berada di Banyuasin, Muba dan OKI yang juga membutuhkan penanganan khusus untuk pemanfaatannya karena membutuhkan manajemen tata kelola air.

Dengan upaya itu, Sumsel optimistis dapat meningkatkan produktivitas pertanian dari 6 ton GKG per Ha menjadi 8 ton GKG per Ha.