Peningkatan produksi padi Sumatera Selatan hadapi sejumlah kendala

id pertanian sumsel,sawah sumsel,pertanian sumatera selatan,sumatera selatan,padi sumsel,pupuk,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara pal

Peningkatan produksi padi Sumatera Selatan hadapi sejumlah kendala

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru memberikan keterangan pers setelah Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel di Palembang, Selasa (23/2/2021). (ANTARA/Dolly Rosana/21)

Palembang (ANTARA) - Peningkatan produksi pertanian padi di Provinsi Sumatera Selatan menghadapi sejumlah kendala, mulai dari rendahnya produktivitas, tingginya tingkat kehilangan saat panen hingga kurangnya alokasi pupuk bersubsidi.

Permasalahan tersebut terungkap dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel di Palembang, Selasa.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), produktivitas padi di provinsi itu masih di bawah 6 ton gabah kering giling (GKG) per Hektare (Ha).

Sementara provinsi tetangga, seperti Lampung rata-rata mampu mencapai 7 ton GKG per Ha. Angka tersebut didapat dari capaian produksi padi tahun 2020 dan luas lahan sawah per 2019.

Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan angka produktivitas itu terpengaruh dari cara panen yang tidak tepat.

“Karena ini (losses) masih tinggi sampai 11 persen, kalau ditekan hingga di bawah 5 persen maka produktivitas otomatis naik. Kita tekan yang terbuang dulu,” kata dia.

Gubernur pun akan meminta setiap dinas pertanian di kabupaten/kota untuk berupaya menekan tingkat kehilangan saat panen sehingga mampu mencapai target yang dipatok.

Menurutnya, Sumsel sudah mendeklarasikan diri sebagai provinsi lumbung pangan. Sehingga pemprov pun terus berupaya untuk mengatasi masalah yang menghambat sektor pertanian.

Apalagi, kata Deru, ia meyakini sektor pertanian mampu menjadi sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Sumsel termasuk yang serius menangani sektor pertanian. Kami sudah memperbaiki infrastruktur untuk memudahkan akses dari sentra ke pemasaran,” kata dia.

Saat ini Sumsel berada di peringkat kelima dalam produksi padi tertinggi, yakni sebanyak 2,69 juta ton GKG pada 2020. Adapun luas lahan berdasarkan catatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), mencapai 470.602 Ha.

Sementara Provinsi Lampung, tercatat mampu memproduksi sebanyak 2,61 juta ton GKG dengan luas lahan 361.699 Ha.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan THP Sumsel, R. Bambang Pramono, mengatakan produktivitas padi sangat ditentukan oleh metode penanaman petani di lapangan.

“Apabila sarana sudah baik, alsintan (alat dan mesin pertanian) sudah ada, tinggal bagaimana petani melakukan pertanaman yang baik,” kata dia.

Menurutnya, petani harus betul-betul menerapkan pemberian pupuk secara tepat dosis, perlindungan serangan hama, hingga penanganan panen.

Ia memaparkan sebetulnya ada beberapa daerah, yang menjadi sentra pertanian di Sumsel, yang mampu mencapai produktivitas hingga 9 ton GKG sampai 10 ton GKG per Ha.

“Kalau kita tekan losses jadi 5 persen saja maka ada potensi penambahan produksi sebanyak 40.000 ton GKG,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Himpun Kerukunan Tani (HKTI) Sumsel M Zain Ismed, mengatakan luasan lahan padi di Sumsel tidak sesuai dengan yang dialokasikan untuk pupuk bersubsidi.

“Oleh karena itu, kelangkaan pupuk bersubsidi akan selalu terjadi kecuali memang ditambah alokasi subsidinya dari pemerintah pusat,” kata dia.

Pemprov Sumsel sebetulnya sudah menyadari masalah luasan lahan yang memengaruhi kuota pupuk bersubdisi. Pasalnya, Sumsel tercatat sempat kehilangan luas tanam seluas 250 hektare pada 2017, lantaran tidak terdata di Kementerian ATR/BPN.

“Makanya kami terus membenahi data luasan tanam karena berpengaruh terhadap kuota pupuk yang diterima,” kata Gubernur Sumsel Herman Deru.