Kaleidoskop 2020: Bulu tangkis Indonesia, antara pandemi dan prestasi

id kaleidoskop,bulutangkis,badminton,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara sumsel hari ini, palembang hari ini

Kaleidoskop 2020: Bulu tangkis  Indonesia, antara pandemi dan prestasi

Anthony Sinisuka Ginting saat menaklukkan Anders Antonsen dari Denmark dalam final Daihatsu Indonesia Masters 2020 di Istora Senayan, Jakarta, 19 Januari 2020). Beruntung, sebelum wabah virus corona menyebar luas dan BWF mengeluarkan keputusan penangguhan, tim bulu tangkis Indonesia sudah menorehkan sejumlah prestasi yang membanggakan pada level internasional. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.)

Tahun depan, Indonesia menghadapi jadwalyang padat
Jakarta (ANTARA) - Pandemi virus corona yang terjadi sepanjang tahun ini benar-benar  mengacaukan dunia, termasuk dunia olahraga.

Berbagai cabang olahraga terkena imbasnya, tak terkecuali bulu tangkis. Sejumlah turnamen besar batal digelar demi menjaga kesehatan dan  keselamatan pebulutangkis.

Pada 16 Maret 2020, atau tepat satu hari sesudah All England di Birmingham, Inggris, federasi bulu tangkis dunia (BWF) menangguhkan beberapa turnamen karena wabah COVID-19 yang semakin meluas.

BWF mengambil langkah itu karena memprioritaskan kesehatan atlet, ofisial dan juga komunitas bulu tangkis.  BWF juga mempertimbangkan larangan atau pembatasan perjalanan antar negara dan kebijakan karantina yang ditempuh guna membendung penyebaran secara global virus corona.

Aturan seperti itu otomatis semakin membatasi pergerakan atlet, terlebih dalam mengikuti turnamen-turnamen internasional yang sudah dijadwalkan jauh-jauh hari.

Beberapa turnamen besar yang terpengaruh keputusan penangguhan  BWF tersebut adalah Swiss Open, Singapore Open, Korea Open, China Open, Japan Open, French Open, Denmark Masters, Hong Kong Open, Indonesia Open, Malaysia Open, Thailand Open dan India Open.

Kemudina, Piala Thomas dan Uber, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, BWF World Tour Finals dan Olimpiade Tokyo sehingga penyelenggaraannya terpaksa diundur 2021 mendatang.



Sederet prestasi

Beruntung, sebelum wabah virus corona menyebar luas dan BWF mengeluarkan keputusan penangguhan, tim bulu tangkis Indonesia sudah menorehkan sejumlah prestasi yang membanggakan pada level internasional.

Dalam turnamen level Super 500 Indonesia Masters pada 14-19 Januari di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia memboyong gelar juara tunggal putra dari Anthony Sinisuka Ginting, lalu ganda putri lewat Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan  ganda putra peringkat satu dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Kemudian dalam RSL Iceland International 23-26 Januari 2020 di Islandia, pemain muda Fathurrahman Fauzi menyabet gelar juara setelah menaklukkan Tomas Toledano dari Spanyol.

Indonesia juga menjuarai Kejuaraan Beregu Asia di Filipina pada 11-16 Februari 2020.  Tim putra Indonesia mengalahkan Malaysia 3-1 berkat sumbangsih tunggal putra Anthony Ginting, ganda putra Marcus/Kevin dan pasangan dadakan Mohammad Ahsan/Fajar Alfian.

Selanjutnya, ganda putri Greysia/Apriyani mengharumkan nama Indonesia dengan menjuarai Spain Masters 2020. Dalam turnamen level Super 300 yang digelar di Barcelona, Spanyol, pada 18-23 Februari 2020 itu, Greysia/Apriyani menyingkirkan kakak beradik Bulgaria Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva.

Dalam kejuaraan Junior International Grand Prix pada 25 Februari-1 Maret 2020 di Belanda, empat gelar juara diraih oleh pemain-pemain muda tanah air, antara lain tunggal putri Saifi Rizka Nurhadiyah, ganda putri Lanny Tria Mayasari/Jesita Putri Miantoro, ganda putra Muhammad Rayhan Nur Fadillah/Rahmat Hidayat dan ganda campuran Teges Satriaji Cahyo Utomo/Indah Cahya Sari Jamil.

Prestasi yang ditorehkan oleh wakil-wakil junior Indonesia terus berlanjut. Dalam Junior International Grand Prix German Junior pada 4-8 Maret 2020 di Jerman, ganda campuran Teges/Indah kembali merebut gelar juara setelah menang rubber game atas wakil Korea Selatan Lee Hak-Joo/Yoo A-Yeon.

Terakhir, Indonesia berjaya dalam All England pada 11-15 Maret 2020 di Birmingham, Inggris. Ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti memboyong gelar juara setelah menundukkan peringkat ketiga dunia dari Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.

Kemenangan yang dipetik para pebulutangkis Indonesia itu membanggakan sekaligus meninggalkan kesan tersendiri karena mereka bertanding pada masa pandemi COVID-19.

Ada bayang-bayang rasa khawatir, namun mereka tetap fokus pada pertandingan dan tampil sebagus mungkin.

"Bangga sekali rasanya bisa jadi juara All England, tapi ada juga rasa khawatir di tengah pandemi virus begini. Saat bertanding, kami berusaha tidak terlalu mengkhawatirkan itu dan tetap fokus pada lawan," ungkap Melati sepulang dari Birmingham.

 

Turnamen internal

Setelah All England 2020, pandemi COVID-19 di berbagai belahan dunia semakin buruk saja sampai kemudian mendorong Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menempuh langkah mengisolasi para pemain di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, agar tak tertular penyakit itu.

Keputusan PBSI itu cukup efektif. Selama Pelatnas, kesehatan para atlet bisa dengan mudah dipantau. Mereka diwajibkan menjalani tes usap (swab test) secara berkala guna memastikan tak ada pemain yang terpapar COVID-19.

Akan tetapi, terlalu lama berada di pelatnas ternyata membuat atlet jenuh, apalagi melakukan aktivitas yang itu-itu saja dan terus berulang setiap hari, yakni makan, istirahat dan berolahraga ringan.  Mereka pun mulai merindukan turnamen.

Melihat hal ini, PBSI berinisiatif menggelar turnamen internal yang hanya diikuti oleh pemain pelatnas. Meskipun skalanya kecil, turnamen itu menyuguhkan atmosfer serupa pertandingan besar, lengkap dengan wasit, hakim servis, hakim garis dan hadiah untuk para pemenang.

Bedanya, turnamen ini tidak dihadiri penonton. Masyarakat bisa menyaksikan pertandingan secara daring (online) melalui aplikasi dalam ponsel pintar.

Ajang bertajuk PBSI Home Tournament di Pelatnas Cipayung mulai 24 Juni sampai 24 Juli 2020 itu memainkan lima sektor berbeda. Masing-masing sektor dipertandingkan setiap pekan selama tiga hari, yaitu Rabu, Kamis dan Jumat.

Turnamen itu dibuka dengan pertandingan ganda putra, dilanjutkan  ganda campuran, tunggal putra, ganda putri dan ditutup laga tunggal putri.

Fajar Alfian/Yeremia Erich Yoche Rambitan menjuarai ganda putra, ganda campuran untuk Praveen/Melati, tunggal putra direbut Anthony Ginting, ganda putri menjadi milik Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto, dan gelar juara tunggal putri dikalungkan kepada Gregoria Mariska Tunjung.

Melihat sukses penyelenggaraan Home Tournament, PBSI kemudian kembali berinisiatif menggelar turnamen serupa, namun kali ini menggunakan format Piala Thomas dan Uber.

Berbeda dari Home Tournament yang digelar dengan tujuan mengasah keterampilan sekaligus mengobati kerinduan pemain kepada turnamen, Simulasi Piala Thomas dan Uber diadakan sebagai persiapan sebelum menghadapi turnamen bergengsi itu.

Simulasi Piala Thomas berlangsung 1-3 September 2020, sedangkan simulasi Piala Uber pada 8-10 September 2020. Keduanya digelar di Pelatnas Cipayung dan tanpa penonton.

Tim Thomas dan tim Uber masing-masing dibagi ke dalam empat grup. Dalam satu grup, ada tujuh pemain yang terdiri dari tiga pemain tunggal dan dua pasang pemain ganda. Tim dengan jumlah kemenangan terbanyak adalah juaranya.

Tim Harimau menjuarai simulasi Piala Thomas. Tim ini beranggotakan tiga tunggal putra Jonatan Christie, Karono dan Bobby Setiabudhi, dan  dua ganda putra yakni Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto serta Pramudya Kusumawardhana/Yeremi Erich Yoche Rambitan.

Tim garuda yang diisi oleh Gregoria Mariska Tunjung, Stephanie Widjaja dan Aisyah Sativa Fatetani serta pasangan Febby Valencia Dwijayanti Gani/Yulfira Barkah dan Jessita Putri Miantoro/Lanny Tria Mayasari, menjuarai simulasi Piala Uber.

Sayang, pada pertengahan September, BWF memutuskan menunda Piala Thomas dan Uber 2020 karena spandemi COVID-19 yang masih belum mereda di banyak negara.

Kejuaraan beregu sangat bergengsi yang awalnya dijadwalkan diadakan pada 3-11 Oktober 2020 di Aarhus, Denmark, itu pun  ditunda hingga Oktober 2021.

Meskipun sudah melakukan persiapan maksimal, latihan dan simulasi, para pemain pelatnas menerima keputusan itu dengan lapang dada. Mereka bersyukur masih bisa mengikuti turnamen dan sekaligus mencetak prestasi di tengah pandemi walau hanya dalam skala kecil.
 


Mundur dari Denmark Open

Dari sekian banyak turnamen yang ditangguhkan oleh BWF, Denmark Open menjadi satu-satunya turnamen yang digelar sesuai jadwal pada 13-18 Oktober 2020 di Odense Sports Park, Odense, Denmark.

Namun, BWF tak mau begitu saja memberi izin. Mereka menuntut  panitia agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat agar virus corona tidak menyebar kepada pemain, pelatih, ofisial dan staf.

BWF juga mewajibkan penggunaan masker setiap waktu, kecuali para pemain yang sedang bertanding, menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan dan selalu menjaga jarak aman.

Tidak itu saja, BWF menerapkan aturan baru kepada atlet, yakni larangan kontak fisik, baik jabat tangan, pelukan maupun bertukar raket atau kaos. Kontak hanya dilakukan singkat sekali, berupa isyarat pada awal dan akhir pertandingan.

Jepang, Taiwan, India, Prancis, Jerman, Spanyol, Inggris, Rusia, Belanda, Kanada, Amerika Serikat, Swiss, Ceko, Estonia, Hungaria, Swedia, Finlandia, Ukraina, Skotlandia, Wales, Norwegia dan Irlandia menyambut baik turnamen level Super 750 ini dan mengirimkan wakil-wakilnya.

Sebaliknya Indonesia mengambil keputusan berbeda dengan tidak mengirimkan satu pun wakilnya ke turnamen bergengsi tersebut.

Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto menyampaikan dua alasan yang mendasari pertimbangan Indonesia menarik diri dari turnamen itu.

Pertama, kekhawatiran para atlet terhadap kemungkinan terpapar COVID-19, baik dalam perjalanan, di tempat transit maupun di lokasi pertandingan.

Kedua, atlet dan ofisial ragu ikut ambil bagian dalam turnamen ini karena tidak ada jaminan dari BWF.

Pemain ganda putra Hendra Setiawan mengatakan keputusan Indonesia tidak berpartisipasi dalam Denmark Open 2020 sudah dipikirkan matang-matang.

“Tahun ini kami belum berani menempuh perjalanan jauh, seperti ke Eropa. Mungkin tahun depan kami bisa mulai lagi, tapi lihat-lihat dulu seperti apa situasinya. Kami juga harus mengetahui protokol kesehatan yang diterapkan di negara penyelenggara karena itu merupakan faktor penting yang bisa membuat kami merasa aman untuk bertanding,” papar Hendra.

Selain Indonesia, beberapa negara lain seperti Malaysia, China dan Thailand juga menarik diri.

Keputusan Indonesia itu menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan pemain dan ofisial adalah prioritas.

Padahal kalau mengirimkan perwakilan, mungkin Indonesia bisa mempertahankan gelar juara bertahan dan memboyong lebih dari satu gelar. Dalam turnamen ini edisi 2019, tim Garuda menyabet dua gelar juara lewat ganda putra Marcus/Kevin dan ganda campuran Praveen/Melati.

Tahun depan, Indonesia menghadapi jadwalyang padat. Diawali dengan tiga turnamen berturut-turut di Bangkok, Thailand, yakni Yonex Thailand Open pada 12-17 Januari 2021, Toyota Thailand Open pada 19-21 Januari dan BWF World Tour Finals 2020 pada 27-31 Januari 2021.

Kemudian Olimpiade Tokyo, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, Piala Thomas dan Uber serta turnamen-turnamen besar lainnya yang tahun ini tak diselenggarakan gara-gara pandemi.

Mari berharap pandemi segera berakhir sehingga kita bisa menyaksikan kembali bintang-bintang bulu tangkis Indonesia berjuang mengharumkan nama negaranya di kancah internasional.