Palembang (ANTARA) - Petani Kopi asal Pagaralam, Sumatera Selatan, menyasar pasar ekspor biji kopi premium yang menawarkan harga lebih tinggi dibandingkan pasar lokal.
Kristian Tri Purnomo (38), petani kopi setempat, yang dihubungi dari Palembang, Jumat, mengatakan, harga biji kopi (green bean) untuk pasar premium dipatok pembeli sekitar Rp34.000/Kilogram, sementara untuk pasar lokal hanya Rp19.000/Kg.
“Ada perbedaan yang cukup jauh sehingga saat ini banyak petani yang tertarik,” kata dia.
Hanya saja, belum seluruh petani kopi di Pagaralam mau menjual produk premiun lantaran mereka harus mengubah kebiasaan dalam kegiatan setelah panen.
Pembeli menerapkan aturan yang cukup ketat terkait kegiatan usai panen ini mengingat produk biji kopi ini akan diekspor ke luar negeri.
“Harus hiegenis, mulai dari harus petik merah, jemurnya 30 hari lamanya, hingga tidak boleh jemur di tanah atau di atas jalan beraspal. Harus di atas para-para (balai-balai tempat menjemur yang berjarak 70 cm dari tanah,” kata dia.
Abdurahman Are, petani kopi lainnya, mengatakan biasanya dalam dua pekan, petani sudah mendapatkan uang dari pengepul, kini dengan metode pengolahan setelah panen secara higienis itu maka mereka harus menunggu hingga 30 hari.
“Masih banyak yang belum mau berubah, tapi sudah banyak juga yang mau ikut karena harganya lebih mahal,” kata dia.
Eksportir kopi, Rudi Mickhael mengatakan dirinya memperkirakan harga Kopi Pagaralam ini bakal terus merangkak naik pada masa datang, apalagi sudah mendapatkan pengakuan internasional pada kontes kopi dunia AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products) Gourmet Product tahun 2020 di Paris, Prancis.
Saat ini, permintaan terhadap Kopi Pagaralam semakin meningkat terutama dari sejumlah negara Asia dan Eropa.
“Saat ini saya sudah dapat order China dan Taiwan. Begitu juga dari Rusia dan Jepang yang minta dikirimkan sampelnya,” kata dia.
Bahkan jika, permintaan terus meningkat, Rudi tak ragu untuk mendatangkan pesawat sewa ke Pagaralam yang khusus untuk mengangkut kopi. Ini sangat mungkin karena Pagaralam memiliki lapangan udara perintis.
“Selama ini lewat jalur darat, mereka kirim pakai truk ke Jakarta dalam bentuk green bean (biji kopi), lalu saya roasting di Jakarta. Tapi ke depan, saya maunya roasting juga dilakukan petani di Pagaralam, agar harga lebih ngangkat lagi,” kata dia.
Produksi dari Desa Wisata dan Sekolah Kopi Basemah ini pada 2020 sudah dikirimkan ke Taiwan dan China, dan ke depan akan dikirimkan ke Jepang dan Singapura.
Ketua Dewisekopi Basemah Achmad Ardiansyah mengatakan sejauh ini dari 206 petani binaan itu sudah dihasilkan 180 ton biji kopi untuk dijual ke pasar dunia melalui eksportir asal Jakarta, Rudi Mickhael. Sementara produksi biji kopi dari Kota Pagaralam diperkirakan mencapai 7.000 ton per tahun.
“Karena ini tahun pertama, jadi belum maksimal karena masih ada petani yang membagi. Separuh jual asalan, dan separuh lagi untuk premium. Tapi di 2021, kami targetkan sudah semuanya,” kata dia.
Berita Terkait
Karantina Sumsel dan importir Tiongkok tinjau kebun kopi Pagaralam
Senin, 22 April 2024 16:57 Wib
Kemenkumham Sumsel dampingi pendaftaran HaKI jeruk gerga Pagaralam
Minggu, 24 Maret 2024 19:10 Wib
Bandara Atung Bungsu Pagar Alam kembali beroperasi, Susi Air terbangi dari Palembang dan Bengkulu
Senin, 18 Maret 2024 23:00 Wib
Pemkot Pagaralam tingkatan profesionalitas guru PAI
Senin, 18 Maret 2024 16:16 Wib
Pemkot Pagaralam tingkatkan sektor pariwisata melalui UKM
Kamis, 14 Maret 2024 12:02 Wib
Pagar Alam bangun 100 lembaga penyalur BBM satu harga
Minggu, 25 Februari 2024 13:14 Wib
Pertamina apresiasi Pemkot Pagaralam ajak ASN tak pakai LPG subsidi
Senin, 8 Januari 2024 17:47 Wib
Pertamina menjamin distribusi BBM di Kota Pagar Alam jelang Natal 2023
Minggu, 24 Desember 2023 1:08 Wib