Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan bahwa kemunculan pandemi COVID-19 telah memaksa masyarakat untuk mengadopsi, melibatkan, dan melakukan transformasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
“Era digital dengan Industri 4.0 itu memberikan disrupsi. Disrupsi karena digital dan kita juga tidak duga bahwa tahun ini kita juga terkena disrupsi pandemi COVID-19,” kata Sri Mulyani dalam acara Wisuda PKN STAN di Jakarta, Rabu.
Padahal, lanjut Sri Mulyani, digitalisasi merupakan tantangan yang sangat susah untuk dapat diaplikasikan oleh masyarakat sebelum terjadi pandemi COVID-19.
Ia mencontohkan di Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sendiri sebenarnya sudah mulai menerapkan transformasi digital sejak sebelum ada pandemi, namun masih dalam tahap permulaan.
Transformasi yang dilakukan oleh Kemenkeu antara lain adalah membuat keseluruhan dokumen dalam bentuk digital, naskah dinas digital, tanda tangan digital, hingga menerapkan flexible working hour.
“Itu masih dalam tahap permulaan dan percobaan lalu tiba-tiba kita dihadapkan oleh COVID-19 yang memaksa kita untuk tidak masuk kantor namun kita harus tetap bekerja,” ujar Sri Mulyani.
Terlebih lagi, Sri Mulyani menuturkan terdapat sebuah pertanyaan lelucon mengenai transformasi digital di tengah pandemi COVID-19 yaitu siapa yang paling powerfull dalam memimpin transformasi dari sebuah perusahaan menjadi digital.
“Ada sebuah joke atau lelucon yang mengatakan siapa sih powerfull dan memimpin transformasi dari perusahaan anda untuk menjadi digital,” kata Sri Mulyani.
Kemudian terdapat tiga pilihan jawaban dari pertanyaan tersebut yaitu CEO atau pemimpin perusahaan, CIO atau pemimpin teknologi informasi perusahaan, dan COVID-19.
“Jawabannya COVID-19. Ini mungkin ini lelucon tapi itu benar,” ujar Sri Mulyani.
Pandemi memaksa masyarakat menerapkan digitalisasi pada kehidupan sehari-hari karena saat ini satu-satunya cara untuk menekan jumlah kasus hanya dengan social distancing sehingga aktivitas menjadi terbatas.
Di sisi lain, kata dia, masyarakat tetap dituntut untuk meningkatkan produktivitasnya agar dapat menunjang perekonomian negara sehingga transformasi digital menjadi kuncinya.
Perekonomian negara mengalami tekanan luar biasa hingga terkontraksi mencapai 5,32 persen pada kuartal II lalu akibat penerimaan pajak turun karena perusahaan merugi.
“COVID-19 ini menimbulkan dampak luar biasa bagi bangsa kita yang kemudian imbasnya ke keuangan negara luar biasa,” tegas Sri Mulyani.
Oleh sebab itu,Sri Mulyani menyatakan COVID-19 memberikan pelajaran luar biasa terutama dalam memberikan tantangan untuk memaksa masyarakat agar mampu melakukan penyesuaian terhadap transformasi digital.
“Tidak satu minggu, tidak hanya satu bulan, ini sudah bulan ketujuh. Ini merupakan suatu tantangan yang luar biasa yang mengubah secara luar biasa cepat dan harus kita atasi,” ujar Sri Mulyani.
Berita Terkait
Menkeu: THR telah tersalurkan Rp13,4 triliun
Senin, 25 Maret 2024 11:45 Wib
Kejagung terima laporan dugaan korupsi pada LPEI dari Menkeu
Senin, 18 Maret 2024 12:29 Wib
Kejagung: Dugaan korupsi pendanaan di LPEI dideteksi sejak 2019
Senin, 18 Maret 2024 12:25 Wib
Airlangga sebut anggaran makan siang gratis berkisar Rp15 ribu
Senin, 26 Februari 2024 15:38 Wib
Airlangga buka suara terkait kabar pertemuan Sri Mulyani dan Megawati
Senin, 5 Februari 2024 17:08 Wib
Ini jawaban Sri Mulyani terkait isu dirinya mundur dari Kabinet Jokowi
Jumat, 19 Januari 2024 13:31 Wib
Zulkifli Hasan: Jangan bikin isu Menteri Keuangan mundur
Kamis, 18 Januari 2024 16:19 Wib
Sri Mulyani: Pajak terkumpul Rp1.387,78 triliun hingga September 2023
Kamis, 26 Oktober 2023 11:29 Wib