Ini sejarah di balik Hari Radio Nasional 11 September

id Hari Radio Nasional,Sejarah Hari Radio Nasional,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara sumsel hari ini, palembang ha

Ini sejarah di balik Hari Radio Nasional 11 September

Pameran Radio Kuno Dua perempuan mencermati sebuah Gramaphone buatan tahun 1930 an, saat pameran radio kuno di Museum House of Sampoerna (HoS) Surabaya, Senin (17/3). Pameran bertajuk 'Layang Swara, Radio Dari Masa Ke Masa' yang menggelar 34 radio kuno dari tahun 1930-1970 an milik beberapa kolektor pecinta audio dari kelompok Padmaditya Yogyakarta tersebut, dalam rangka peringatan Hari Siaran Nasional yang diperingati tiap 1 April. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)

Jakarta (ANTARA) - Tanggal 11 September diperingati sebagai Hari Radio Nasional yang juga diperingati sebagai hari kelahiran Radio Republik Indonesia (RRI) yang didirikan pada 11 September 1945. 

Dihentikannya siaran radio Hoso Kyoku pada 19 Agustus 1945 menjadi pemicu lahirnya RRI, menurut laman resmi Komisi Penyiaran Indonesia.

Baca juga: Podcast tidak mengancam bisnis radio

Saat itu, masyarakat Indonesia baru saja merdeka dari penjajahan, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Terlebih, radio-radio luar negeri saat itu mengabarkan bahwa Belanda akan kembali menjalankan kekuasaannya di Indonesia.

Orang-orang yang pernah aktif di radio pada masa kependudukan Jepang menyadari radio merupakan alat yang diperlukan pemerintah Republik Indonesia untuk memberikan informasi dan berkomunikasi dengan rakyat.

Delapan orang bekas radio Hosu Kyoku mengadakan pertemuan bersama pemerintah pada 11 September 1945, tepatnya pukul 17.00 di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon, Jakarta.

Baca juga: Radio komunitas UBD Palembang peringati Hari Pahlawan
Baca juga: Mahasiswa manfaatkan radio komunitas semarakan hari pahlawan


Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto dan Maladi.

Abdulrahman Saleh yang menjadi ketua delegasi mengutarakan pentingnya radio sebagai alat komunikasi pemerintah dengan rakyat, karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran. Kehadiran radio menjadi penting saat itu mengingat tentara sekutu akan mendarat di Jakarta akhir September 1945.

Pertemuan tersebut menghasilkan simpulan, antara lain dibentuknya Persatuan Radio Republik Indonesia yang akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa, mempersembahkan RRI kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat, serta mengimbau agar semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrachman Saleh.

Pemerintah menyanggupi simpulan tersebut dan siap membantu RRI meski tidak sependapat dalam beberapa hal.

Pada pukul 24.00, delegasi dari delapan stasiun radio di Jawa mengadakan rapat. Delegasi yang hadir dari Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surakarta dan Bandung, sementara Surabaya dan Malang tidak mengirim perwakilan.

Hasil akhir dari rapat itu adalah didirikannya RRI dengan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpin.