BMKG: Hari tanpa hujan di Sumsel terbilang pendek meski puncak kemarau

id Karhutla sumsel, bmkg sumsel, bpbd sumsel, musim kemarau sumsel,Hth sumsel, karhutla banyuasin, karhutla ,berita sumsel, berita palembang, antara sums

BMKG: Hari tanpa hujan di Sumsel terbilang pendek meski  puncak kemarau

Ilustrasi. ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/AWW/djo

Palembang (ANTARA) - Hari tanpa hujan di wilayah Sumatera Selatan masih berada pada rentang 1 - 5 hari atau terbilang pendek dan aman meski tengah mengalami masa-masa puncak musim kemarau.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, Selasa, mengatakan Hari Tanpa Hujan (HTH) 1 - 5 hari dominan berada di wilayah Sumsel bagian barat dan timur yang masih dilanda hujan minimal satu pekan sekali.

Baca juga: Provinsi Sumsel manfaatkan hujan buatan antsipasi karhutla

"Sesuai prediksi sebelumnya bahwa musim kemarau 2020 cenderung lebih basah," ujarnya .
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo (ANTARA/Aziz Munajar/20)


Namun di wilayah Sumsel bagian tengah seperti Kabupaten Muara Enim, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Lahat, Ogan Ilir dan Ogan Komering Ilir, lamanya HTH tercatat hingga 10 hari.

Baca juga: Menteri LHK: Modifikasi cuaca hingga September cegah kebakaran hutan dan lahan

Dampaknya curah hujan cendrung lebih sedikit dan membuat jumlah titik panas saat ini meningkat, sehingga sering menjadi kebakaran hutan dan lahan yang meluas.

"Titik panas dominan terpantau di sebagian Muara Enim, PALI, Lahat, OKU, OKI, Ogan Ilir dan Banyuasin," tambahnya.

Berdasarkan data BPBD Sumsel sejak 1 Januari hingga 28 Agustus 2020, setidaknya sudah terjadi 523 kali peristiwa kebakaran hutan, kebun dan lahan dengan total lahan terbakar mencapai 95 hektar.

46 hektar di antaranya terbakar di Kabupaten Banyuasin dan 41 hektar di Ogan Ilir, selebihnya terbakar di Muara Enim, Musi Banyuasin dan Palembang.

Menurut Nandang kondisi kering saat ini harus tetap diwaspadai, sebab wilayah Sumsel sedang berada pada puncak kemarau yang berlangsung mulai akhir Agustus hingga pertengahan September 2020 dengan rerata suhu udara maksimum mencapai 35 derajat celcius.

Lahan-lahan kering akan menjadi lebih mudah terbakar bahkan hanya dari puntung rokok, kata dia.