Sumatera Selatan alami deflasi 0,28 persen dipicu pelemahan daya beli

id sumsel,sumatera selatan,bps,bps sumsel,ekonomi sumsel,covid-19 sumsel,inflasi,deflasi,palembang deflasi,info sumsel,berita palembang

Sumatera Selatan alami deflasi 0,28 persen dipicu pelemahan daya beli

Suasana di lapak relokasi Pasar Tradisional Lemabang Palembang, Sumsel, Selasa (5/5/2020). (ANTARA FOTO/Feny Selly/hp)

Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik merilis Provinsi Sumatera Selatanmengalami deflasi pada Juli 2020 sebesar 0,28 persen karena dipicu pelemahan daya beli masyarakat akibat pandemi COVID-19.

Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih di Palembang, Senin, mengatakan, selain itu faktor lainnya yang cukup menonjol karena turunnya harga sejumlah komoditas.

“Sumsel mengalami deflasi berdasarkan penghitungan laju indeks harga konsumen (IHK) di dua kota yang selama ini menjadi acuan, yakni Palembang dan Lubuklinggau,” kata dia.

Untuk Kota Palembang, deflasi terbentuk lantaran penurunan harga di kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok rekreasi, olahraga dan budaya.

Perubahan harga pada dua kelompok tersebut lah yang menekan Palembang hingga deflasi, meskipun sembilan  kelompok pengeluaran lainnya inflasi.

Menurut Endang, adanya penyebaran virus corona membuat tren inflasi Sumsel berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Pada Juli 2019, Sumsel masih inflasi sebesar 0,4 persen sementara pada tahun ini mengalami deflasi 0,28 persen.

Sebelumnya, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumsel telah memproyeksi inflasi pada bulan Juli bakal lebih rendah dibanding bulan sebelumnya.

Kepala BI Perwakilan Sumsel Hari Widodo mengatakan laju inflasi diperkirakan tertahan oleh terjaganya pasokan beras di gudang Bulog selama 6-7 bulan ke depan dan tercukupinya pasokan gula pasir yang dipenuhi dari impor luar negeri.

Hari melanjutkan, melihat perkembangan inflasi hingga Juni 2020, inflasi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 diperkirakan terkendali pada rentang 3,01 persen dengan kecenderungan bias ke bawah.