Wapres: Pesantren berpotensi jadi klaster baru COVID-19 jika tidak ada pencegahan

id Wapres,Ma'ruf Amin,pesantren,protokol kesehatan,pandemi,COVID-19,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, pa

Wapres: Pesantren berpotensi jadi klaster baru COVID-19 jika tidak ada pencegahan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin usai makan siang bersama perwakilan ulama, pengurus pesantren dan organisasi kemasyarakatan (ormas) agama Islam di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat (17/7/2020). (Asdep Komunikasi dan Informasi Publik (KIP) Setwapres)

Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pondok pesantren bisa menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 apabila tidak dilakukan pencegahan dengan mempersiapkan prosedur penerimaan kembali santri sesuai protokol kesehatan.

"Kalau tidak dipersiapkan dengan baik, ini (pesantren) bisa menjadi klaster baru. Ini yang saya lebih takutkan," kata Ma'ruf Amin dalam video yang diunggah di akun Youtube resmi Wakil Presiden Republik Indonesia, Minggu.

Penyebaran COVID-19 di kalangan pesantren dapat terjadi secara cepat karena umumnya santri dan para pengasuh atau pengajar berasal dari berbagai daerah. Sehingga, persiapan tes dan penyediaan sarana kesehatan di pondok pesantren harus dipastikan siap sebelum menerima santri kembali ke asrama.

"Pesantren ini kan kalau tidak dipersiapkan, ini bisa bahaya. (Misalnya) Datang anak, kemudian ada yang terpapar; maka itu bisa menjadi klaster baru di pesantren itu," tambahnya.

Baca juga: Pemerintah berikan pedoman kegiatan di kantor selama pandemi COVID-19

Selain itu, lanjut Ma'ruf, banyak pesantren dengan kondisi kurang layak untuk dihuni secara berkelompok, khususnya ruang kamar tidur yang diisi oleh santri dengan jumlah lebih dari kapasitas seharusnya.

"Pesantren kan banyak yang tempatnya dempet-dempetan, (ada yang) satu kamar itu mestinya lima orang tapi dipakai untuk 15 orang. Saya kan alumni pesantren, jadi tahu, memang pesantren itu kan begitu apa adanya," tuturnya.

Baca juga: Update 18 Juli: Warga Kota Palembang positif COVID-19 tembus angka 2.000 orang, total di Sumsel 2.966 kasus

Oleh karena itu, Ma'ruf meminta seluruh pengurus pondok pesantren menerapkan protokol kesehatan dengan ketat ketika ingin memulai kembali kegiatan belajar dan mengajar secara tatap muka.

Pengurus pesantren diminta memberlakukan rapid test terhadap seluruh santri dan pengajar sebelum memulai kegiatan pembelajaran di pondok. Selain itu, sarana kesehatan di lingkungan pesantren juga harus memenuhi standar protokol kesehatan, yakni memiliki tempat cuci tangan, sanitasi dan tempat wudu bersih.

"Oleh karena itu, pertama, yang masuk harus steril, jadi harus di-rapid test dulu bahwa dia tidak terinfeksi. Kemudian ada tempat cuci tangan dan sebagainya, kamarnya diatur dengan baik. Kalau tidak begitu, maka pesantren bisa menjadi klaster baru untuk COVID-19," ujarnya.