Walhi Sumsel minta pemerintah siapkan mitigasi bencana

id walhi, walhi sumsel, mitigasi bencana, waspadai bencana alam dan non alam saat pandemi covid, pandemi covid, wabah covid

Walhi Sumsel minta pemerintah siapkan mitigasi bencana

Aktivis walhi Sumsel. (ANTARA/Yudi Abdullah/20)

Palembang (ANTARA) - Aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan meminta pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan mitigasi bencana menghadapi bencana nonalam wabah COVID-19 dan bencana alam pada musim kemarau 2020.

"Dalam kondisi pandemi COVID-19 dan memasuki musim kemarau, dikhawatirkan akan terjadi berbagai bencana dalam satu waktu yang bersamaan dan menghasilkan dampak risiko yang lebih besar bila tidak ada upaya mitigasi," kata Narahubung Simpul Informasi COVID-19 Walhi Sumsel, Deni Arian Nando di Palembang, Kamis.

Mitigasi bencana atau upaya untuk mengurangi risiko bencana perlu dilakukan pemerintah daerah baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran atau peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi suatu ancaman bencana alam dan nonalam.

Kebijakan dari pemerintah daerah karena otoritasnya dan sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat sangat dinantikan masyarakat khususnya kelompok rentan.

Terkait dengan kebijakan penerapan tatanan kehidupan normal baru (new normal) dalam kondisi pandemi COVID-19, diharapkan pemerintah melakukan sosialisasi secara masif sehingga masyarakat tahu apa yang harus dikerjakan baik mengenai jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan mematuhi larangan melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan massa.

Pandemi COVID-19 yang masuk kategori bencana nonalam ini belum juga mereda dan menyebar di seluruh daerah termasuk Provinsi Sumsel yang memiliki kasus tertinggi se-Pulau Sumatera mencapai lebih dari 1.000 kasus positif terinfeksi virus tersebut.

Tingginya kasus masyarakat yang terinfeksi COVID-19 sangat memprihatinkan mengingat wilayah Bumi Sriwijaya ini juga kerap dilanda bencana ekologis.

Sejak awal tahun 2020 hingga masuk bulan Juni ini, berbagai wilayah di Sumsel berkutat dengan persoalan banjir yang mengakibatkan kerusakan berbagai infrastruktur, lumpuhnya aktivitas masyarakat dan kerugian lainnya.

"Berbarengan dengan masalah banjir, pada 24 Maret 2020 teridentifikasi kasus pertama positif COVID-19 di provinsi dengan 17 kabupaten/kota itu sampai 3 Juni 2020 tercatat meningkat menjadi 1.029 kasus, 35 korban meninggal dunia dan 226 orang dinyatakan sembuh.

Dalam kurun waktu enam bulan ke depan, selain persoalan virus Corona, di wilayah Sumsel diprediksi akan menghadapi masalah kebakaran hutan dan lahan yang berpotensi menimbulkan bencana kabut asap yang juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak kalah bahayanya dengan COVID-19.

Akibat yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan, asapnya menyasar masuk sistem pernafasan seperti halnya virus Corona.

Melihat ancaman bahaya bencana alam dan nonalam tersebut, diharapkan ada terobosan baru yang cukup efektif dilakukan oleh pemerintah untuk mitigasi dari berbagai risiko bencana, ujar Nando.