Harga bawang merah diperkirakan normal Juni, seiring panen di daerah sentra produksi

id bawang merah,harga bawang,bawang merah mahal,panen bawang,kementan,harga bawang normal

Harga bawang merah diperkirakan normal Juni, seiring panen di daerah sentra produksi

Pembeli yang membeli bawang merah lokal di pasar tradisional Lambaro, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. (ANTARA/Zubaidah)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian memprediksi harga bawang merah akan kembali normal mulai bulan Juni, seiring dengan produksi panen di bulan tersebut yang akan surplus atau melebihi perkiraan kebutuhan.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengakui bahwa harga bawang merah di tingkat konsumen relatif tinggi karena produksi komoditas tersebut pada bulan Mei ini minus sebesar 3.782 ton dari perkiraan kebutuhan.

"Bulan Juni sudah mulai ada sedikit panen. Insya Allah Juni kita ada surplus sekitar 5.296 ton," kata Prihasto di Jakarta, Selasa.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per Selasa (12/5), harga rata-rata bawang merah nasional mencapai Rp52.000 per kg.

Berdasarkan data Early Warning System (EWS) Kementan, pada Mei ini produksi bawang merah diproyeksi hanya 82.051 ton, sedangkan kebutuhannya mencapai 85.833 ton, sehingga terdapat minus 3.782 ton.

Namun demikian, Prihasto memaparkan bahwa masih ada stok carry over dari bulan-bulan sebelumnya sebesar 78.785 ton. Stok tersebut tersebar di masyarakat, mengingat bawang merah yang bisa bertahan 1-2 bulan jika dikeringkan.

Sementara itu, panen bawang merah pada Juni mendatang diperkirakan mencapai 86.474 ton dengan produksi tertinggi di Jawa Tengah. Jika dilihat dari kebutuhannya berkisar 81.178 ton, terdapat surplus bawang merah di bulan Juni mencapai 5.296 ton.

Prihasto mengatakan tingginya harga bawang merah dipengaruhi oleh musim tanam yang mundur, di mana musim hujan baru mulai sekitar Desember 2019. Akibatnya, petani lebih memilih menanam padi di lahan yang biasanya ditanami bawang merah.

Menurut dia, petani akan menanam bawang merah setelah tanam padi atau usai musim hujan. Hal itu karena jika penanaman bawang merah dilakukan saat musim hujan, biaya produksi akan lebih mahal dan ancaman serangan penyakit, serta potensi kebanjiran lebih rentan.

Namun demikian, Prihasto menilai kondisi ini tidak perlu dirisaukan, mengingat tingginya harga bawang merah ini, di sisi lain menjadi berkah untuk petani.

"Dalam situasi ini, petani merasa lega karena tahun 2019 lalu, mereka mengalami kerugian cukup besar saat bawang merah hanya dihargai Rp3.000 sampai Rp5.000 per kg, sekarang di level petani sudah di atas Rp30.000 per kg," kata Prihasto.