Ini beda krisis 2008 dengan saat pandemi, lebih parah dari perang dunia
Secara terminologi apa yang terjadi saat ini bisa dibilang yang terburuk setelah perang dunia
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu menyampaikan soal beda krisis ekonomi yang terjadi pada 2008 dengan saat pandemi COVID-19 pada 2020.
“Jika kita bandingkan dengan 2007, di 2020 situasi sejak awal sudah melemah. Di 2008 tidak, namun kemudian terjadi krisis,” kata Mari Elka pada Public Webinar yang digelar Center for Strategic and International Studies (CSIS), Sabtu.
Mari menyampaikan, pada 2008, tidak semua negara terdampak secara ekonomi, di mana kebanyakan hanya pada negara berkembang. Sementara saat ini, krisis ekonomi terjadi di hampir seluruh negara di dunia.
Selain itu, lanjut Mari, krisis yang terjadi saat ini mengganggu seluruh aspek ekonomi, mulai dari permintaan, stok, perdagangan, keuangan, komoditas, hingga pariwisata.
“Secara terminologi apa yang terjadi saat ini bisa dibilang yang terburuk setelah perang dunia,” tukas Mari.
Menurut Mari, hal terpenting yang perlu dilakukan saat resesi terjadi di tengah pandemi COVID-19 adalah penyelamatan jiwa, dengan menjaga jarak atau karantina.
Selain itu, memastikan masyarakat menjalankan protokol kesehatan, misalnya melalui penyediaan sanitasi yang memadai.
“Bagaimana mungkin kita meminta masyarakat selalu mencuci tangan namun airnya tidak tersedia. Itu penting,” ungkap Mari.
Selain itu, memastikan ketersediaan pangan tercukupi, salah satunya dengan tetap menjaga agar sektor pertanian dapat berjalan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Kemudian, sektor manufaktur yang menjadi penggerak ekonomi juga dapat tetap beroperasi, dengan ketat menjalankan protokol kesehatan.
“Bahkan mungkin sebagian lini produksi manufaktur dapat digunakan untuk memprkduksi produk kesehatan yang dibutuhkan seperti masker,” ujar Mari.
Hal yang tidak kalah penting adalah mendukung tenaga medis sebagai garda terdepan dalam mengahadapi pandemi COVID-19.
“Jika kita bandingkan dengan 2007, di 2020 situasi sejak awal sudah melemah. Di 2008 tidak, namun kemudian terjadi krisis,” kata Mari Elka pada Public Webinar yang digelar Center for Strategic and International Studies (CSIS), Sabtu.
Mari menyampaikan, pada 2008, tidak semua negara terdampak secara ekonomi, di mana kebanyakan hanya pada negara berkembang. Sementara saat ini, krisis ekonomi terjadi di hampir seluruh negara di dunia.
Selain itu, lanjut Mari, krisis yang terjadi saat ini mengganggu seluruh aspek ekonomi, mulai dari permintaan, stok, perdagangan, keuangan, komoditas, hingga pariwisata.
“Secara terminologi apa yang terjadi saat ini bisa dibilang yang terburuk setelah perang dunia,” tukas Mari.
Menurut Mari, hal terpenting yang perlu dilakukan saat resesi terjadi di tengah pandemi COVID-19 adalah penyelamatan jiwa, dengan menjaga jarak atau karantina.
Selain itu, memastikan masyarakat menjalankan protokol kesehatan, misalnya melalui penyediaan sanitasi yang memadai.
“Bagaimana mungkin kita meminta masyarakat selalu mencuci tangan namun airnya tidak tersedia. Itu penting,” ungkap Mari.
Selain itu, memastikan ketersediaan pangan tercukupi, salah satunya dengan tetap menjaga agar sektor pertanian dapat berjalan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Kemudian, sektor manufaktur yang menjadi penggerak ekonomi juga dapat tetap beroperasi, dengan ketat menjalankan protokol kesehatan.
“Bahkan mungkin sebagian lini produksi manufaktur dapat digunakan untuk memprkduksi produk kesehatan yang dibutuhkan seperti masker,” ujar Mari.
Hal yang tidak kalah penting adalah mendukung tenaga medis sebagai garda terdepan dalam mengahadapi pandemi COVID-19.