BMKG prediksi musim kemarau di Sumsel tahun ini lebih basah, potensi Karhuta kecil

id karhutla,bmkg,musim kemarau,kemarau basah,kemarau sumsel

BMKG prediksi musim kemarau di Sumsel tahun ini lebih basah, potensi Karhuta kecil

Kasi Data dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo,Kamis (23/4) (ANTARA/Aziz Munajar/20)

Anomali seperti itu sulit diprediksi, karena kami harus melihat dinamika atmosfer di wilayah Indonesia saat terjadinya anomali
Palembang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi musim kemarau di wilayah Sumatera Selatan tahun ini akan lebih basah dibanding 2019 sehingga potensi kebakaran hutan lebih kecil.

 Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, Kamis, mengatakan musim kemarau 2020 di Sumsel akan dimulai pada dasarian III Mei dan mencapai puncaknya pada Agustus-September lalu yang berakhir pada Oktober dasarian I.

 "Dari permodelan sifat hujan yang dibuat BMKG, musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih banyak hujan dibanding tahun 2019," ujar Nandang kepada Antara.

 Intensitas hujan yang lebih sering serta tidak aktifnya El Nino hingga Agustus 2020 dan siklus musim kemarau yang kembali normal membuat potensi kebakaran hutan, kebun dan lahan di Sumsel diperkirakan tidak sebesar pada 2019.

 Berdasarkan catatan Dinas Kehutanan Sumsel, setidaknya 428.356 hektar hutan dan lahan hangus terbakar selama rentang Januari-November 2019, sebanyak 233.546 hektar atau 54,52 persen di antaranya terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).

 Namun BMKG tetap meminta kepala daerah di daerah rawan karhutla agar waspada saat puncak kemarau pada Agustus-September 2020 karena dikhawatirkan terjadi anomali cuaca yang berpotensi memperpanjang masa kemarau.

 Seperti banyak anomali yang terjadi pada 2019, kata dia, salah satunya anomali di wilayah utara ekuator Indonesia yang menarik uap air di wilayah selatan sehingga kondisi Sumsel menjadi bertambah kering dan memperluas karhutla lalu memicu bencana asap.

 "Anomali seperti itu sulit diprediksi, karena kami harus melihat dinamika atmosfer di wilayah Indonesia saat terjadinya anomali," jelas dia.

 Nandang mengungkapkan bahwa BMKG telah menyampaikan prakiraan tersebut kepada Pemprov Sumsel untuk ditindaklanjuti guna mencegah terjadinya karhutla.

 Sementara Pemprov Sumsel telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp37 Miliar anggaran sebagai antisipasi kebakaran hutan dan lahan selama 2020.

 "Dana ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 yakni Rp1,7 Miliar," kata Sekretaris Daerah Pemprov Sumsel, Nasrun Umar.

 Dana tersebut diperuntukan bagi daerah yang rawan kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten OKI, Ogan Ilir, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, PALI, OKU, OKU Timur, Musirawas dan Muratara.

 Menurutnya antisipasi perlu ditingkatkan mengingat Sumsel merupakan salah satu daerah status rawan karhutla yang memiliki lahan gambut terluas kedua di Pulau Sumatera.

 Bentuk antisipasi tersebut berupa pembentukan tim terpadu pencegahan dan penanganan karhutla yang dibagai dalam tujuh bidang program kerja (pokja), yakni pokja perencanaan, pokja deteksi dini, pokja bidang pembinaan dan pemberdayaan masyarakat petani, pokja bidang sosialisasi, pokja evaluasi, pokja patroli serta pokja bidang monev.