Penasihat Trump tuduh Pemerintah China simpan data COVID-19 demi keuntungan

id donald trump,keuntungan komersial,covid-19,virus corona,berita sumsel,berita palembang,infeksi virus corona

Penasihat Trump tuduh Pemerintah China simpan data COVID-19 demi keuntungan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis/AWW/djo

Washington (ANTARA) - Penasihat Gedung Putih Peter Navarro pada  Senin menuduh bahwa China mungkin menahan data tentang infeksi awal virus corona jenis baru atau COVID-19 karena ingin memenangkan perlombaan dagang untuk membuat vaksin.

Amerika Serikat, yang merupakan negara yang paling parah terkena pandemi virus corona menurut statistik resmi, telah berulang kali meminta Beijing untuk berbagi data awal mengenai wabah tersebut, yang dimulai di China.

"Salah satu alasan mengapa mereka mungkin tidak membiarkan kami masuk dan memberi kami data tentang virus ini lebih awal, adalah mereka berlomba untuk mendapatkan vaksin dan mereka berpikir ini hanya perlombaan bisnis yang kompetitif, itu adalah proposisi bisnis sehingga mereka dapat menjual vaksin ke dunia," kata Navarro kepada Fox Business Network.

"Tapi kita akan mengalahkan mereka. Kita akan mengalahkan mereka karena kepemimpinan Presiden Trump. Kita akan mengalahkan mereka karena HHS (Layanan Kesehatan Nasional) telah mendapatkan lima perusahaan yang terus berpacu kencang untuk membuat vaksin," kata Navarro, merujuk pada Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan Amerika Serikat.

Presiden Donald Trump telah menunjuk Navarro, seorang kritikus China yang blak-blakan, untuk menangani masalah jalur pasokan yang berkaitan dengan pandemi virus corona.

Saat ini tidak ada perawatan atau vaksin yang disetujui untuk COVID-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona yang telah membunuh lebih dari 165.854 orang secara global, dengan lebih dari 2,41 juta orang terinfeksi, menurut penghitungan Reuters pada pukul 14.00 waktu setempat, Senin.

Amerika Serikat memiliki lebih dari 760.000 kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan lebih dari 41.100 kematian, hampir setengah dari jumlah tersebut terjadi di negara bagian New York.