Arab Saudi-Rusia sepakat bersama produsen minyak lain pangkas produksi

id produksi minyak,kesepakatan OPEC+

Arab Saudi-Rusia sepakat bersama produsen minyak lain pangkas produksi

Ilustrasi - Katup pipa oli di depan barel dengan simbol OPEC. ANTARA/Shutterstocks/pri.

Riyadh (ANTARA) - Arab Saudi dan Rusia mencapai kesepakatan dengan produsen minyak lainnya pada Minggu(12/4) untuk memangkas produksi minyak dengan rekor 9,7 juta barel per hari (bph) selama dua bulan ke depan, menurut pernyataan OPEC.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan negara-negara penghasil minyak lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, bertemu pada Minggu (12/4) dan menyelesaikan kesepakatan pengurangan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni, sekitar 10 persen dari pasokan global, untuk mendukung harga minyak di tengah pandemi virus corona, kata pernyataan itu.

Dari Juli hingga akhir 2020, pemangkasan akan dikurangi secara bertahap menjadi 7,7 juta barel per hari, dan kemudian akan diikuti oleh penyesuaian menjadi 5,8 juta barel per hari selama 16 bulan hingga akhir April 2022, sebut pernyataan itu.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan bahwa penyesuaian produksi, volume terbesar dan durasi terpanjang, adalah bersejarah.

"Kami menyaksikan hari ini kemenangan kerja sama internasional dan multilateralisme yang merupakan inti dari nilai-nilai OPEC," katanya.

OPEC+ akan berkumpul kembali pada 10 Juni melalui konferensi video untuk menentukan tindakan lebih lanjut yang diperlukan untuk menyeimbangkan pasar, kata pernyataan itu.

Barkindo menambahkan bahwa kesepakatan tersebut "membuka jalan bagi aliansi global dengan partisipasi G20".

Menyusul upaya ekstensif, "kami mengumumkan penyelesaian perjanjian historis", Menteri Perminyakan Kuwait Khaled al-Fadhel dalam ciutannya di twitter.

Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, yang memimpin pertemuan bersama dengan rekan-rekannya dari Rusia dan Aljazair, juga membenarkan bahwa diskusi "berakhir dengan konsensus".

Menteri Energi Rusia Alexander Novak seperti dikutip oleh kantor berita Rusia TASS mengatakan dia tidak memperkirakan pasar minyak pulih sebelum "akhir tahun, dalam kasus terbaik".