Saat "lokcdown" di Malaysia, penyelundupan TKI dari Bengkalis Riau berlanjut

id penyelundupan orang,polda riau,polres bengkalis,tki ilegal

Saat "lokcdown" di Malaysia, penyelundupan TKI dari Bengkalis Riau berlanjut

Para calon TKI yang nyaris berangkat ke Malaysia secara ilegal. (ANTARA/HO-Polda Riau)

Jaringan ini menjadikan Pulau Rupat, Bengkalis sebagai tempat penyeberangan manusia ke Malaysia karena jaraknya lebih dekat, ditempuh 30 menit saja
Pekanbaru (ANTARA) - Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau menggagalkan perdagangan orang berupa penyelundupan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Malaysia melalui Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis.

Kepala Bidang Humas Polda Riau Kombes Sunarto dalam keterangannya, di Pekanbaru, Rabu, menyebut ada 15 warga Indonesia diamankan dari pengungkapan itu. Selain warga Indonesia, polisi juga mengamankan dua warga India yang turut berniat masuk ke Malaysia via jalur laut secara ilegal menggunakan kapal cepat.

"Jaringan ini menjadikan Pulau Rupat, Bengkalis sebagai tempat penyeberangan manusia ke Malaysia karena jaraknya lebih dekat, ditempuh 30 menit saja," kata Sunarto.

Dia mengatakan pengungkapan yang berlangsung pada akhir pekan kemarin itu, dilaksanakan polisi saat 17 orang korban perdagangan manusia telah berada di dalam kapal kecil fiber dan bersiap-siap hendak berangkat ke Malaysia di Desa Sungai Cingam, Rupat, Bengkalis akhir Maret 2020 silam.

Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) ini merupakan jaringan internasional melibatkan warga dari tiga negara, yaitu India, Malaysia, dan Indonesia.

Dia mengatakan, dalam aksinya para pelaku membujuk calon korbannya dengan meyakinkan bisa memberangkatkan ke Malaysia secara resmi (legal) dan dipekerjakan dengan gaji besar.

Namun pada kenyataannya, lanjutnya, mereka diberangkatkan lewat jalur ilegal melalui perairan Selat Morong, Pulau Rupat, Bengkalis. Perairan ini sangat membahayakan bagi jiwa calon tenaga kerja karena terkenal akan gelombang yang tidak bersahabat.

Baca juga: Polda Riau amankan kapal berisi 16 orang TKI ilegal dari Malaysia
Baca juga: WNI terbanyak pertama pekerja ilegal yang ditahan Pemerintah Malaysia


Dalam melakukan aksinya, kata Sunarto, jaringan ini mematok dua calon pekerja asal India Rp8 juga hingga Rp10 juta per orang dan TKI Rp2,5 juta hingga Rp3 juta per orang.

"Pengungkapan ini merupakan hasil pengembangan penyelidikan dilakukan Polda Riau setelah tenggelamnya kapal speedboat membawa TKI ilegal dari Indonesia ke Malaysia, akhir Januari 2020 silam mengakibatkan 10 orang tewas, di Tanjung Medang, perairan Pulau Rupat, Bengkalis," kata Sunarto.

Direktur Reserse dan Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Riau Kombes Zain Dwi Nugroho mengatakan pihaknya membutuhkan waktu cukup lama sebelum benar-benar berhasil mengungkap jaringan internasional itu. Bahkan, polisi hingga harus melakukan penyamaran ke tengah laut untuk mengumpulkan data dan informasi.

Dari pengungkapan itu, polisi menangkap lima pelaku yang bertugas sebagai tekong dan awak kapal atas nama AM alias Ahmad, AR alias Abdul dan KH alias Irul. Tidak lama kemudian, polisi menangkap dua pelaku lainnya, terdiri seorang perempuan sebagai agen perekrut atas nama HL alias Lina dan SP alias Pian, otak utama (koordinator) perdagangan orang via Pulau Rupat.

"Pelaku yang menyeberangkan tenaga kerja ilegal tersebut diduga penduduk asli Pulau Rupat, bertempat tinggal di Pangkalan Buah, Desa Sungai Cingam, Kecamatan Rupat. Pelaku menyelundupkan korban menggunakan speedboat kecepatan tinggi melalui Selat Morong menuju Malaysia," kata Kombes Zain Dwi Nugroho.

Mantan Kapolresta Sidoarjo, Jawa Timur ini menjelaskan, pelaku utama perdagangan manusia ini adalah SP alias Pian. Ia bertugas sebagai bos dan koordinator menyediakan penampungan sementara bagi calon korban. Pelaku juga menyiapkan transportasi angkutan menjemput calon korban dari Dumai.

"SP juga menyediakan speedboat membawa korban ke Malaysia, serta penanggung jawab memberangkatkan korban dari Pangkalan Buah, Desa Sungai Cingam ke Malaysia dan sebaliknya," kata Zain.

Seorang perempuan, HL, ujar Direskrimum, bertugas merekrut dan membujuk rayu calon korban. Wanita ini juga menarik uang dari calon korban, kemudian membawanya ke penampungan milik SP. Kini, Polda Riau tengah mengejar 21 pelaku lainnya sebagian di antaranya WNA.

Zain Dwi Nugroho menjelaskan, sekali memberangkatkan orang dari Rupat ke Malaysia, pelaku menargetkan harus ada minimal 15 orang. Jika belum sampai target tersebut, para calon korban ditaruh di penampungan milik SP.

"Pelaku dikenai ancaman hukuman penjara paling singkat 3 tahun, paling lama 15 tahun. Mereka melanggar Pasal 2 atau Pasal 4 jo Pasal 10 UU RI No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Pasal 5 jo Pasal 68 jo pasal 83 UU RI Nomor 18 Tahun 2017 tentang Tindak Pidana Perlindungan Pekerja Migran Indonesia," kata Zain pula.

Direskrimum Polda Riau berpesan kepada masyarakat, agar tidak mudah percaya dengan segala bentuk bujuk rayu terkait pekerjaan ke luar negeri tanpa adanya kelengkapan dokumen asli dan jalur resmi yang ditetapkan Pemerintah.