Turki jamin kelanjutan penerima beasiswa dari Indonesia

id Mahasiswa indonesia di turki, pelajar indonesia di turki, perlindungan wni, covid 19, virus corona

Turki jamin kelanjutan penerima beasiswa dari Indonesia

Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal didampingi keluarga berfoto bersama Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan, usai menyerahkan surat kepercayaan di Istana Kepresidenan Kulliyesi, Ankara, Jumat (23/8/2019). (KBRI Ankara)

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Turki menjamin kelanjutan studi pelajar/mahasiswa Indonesia penerima beasiswa dari pemerintah setempat di tengah krisis akibat wabah virus corona tipe baru atau COVID-19.

Kepastian tersebut disampaikan oleh Presiden YTB Abdullah Eren dan Sekretaris Jenderal TDV Abdurrahman Cetin dalam dua percakapan video secara terpisah dengan Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal, masing-masing pada 31 Maret dan 3 April 2020.

Dalam pembicaraan dengan kedua petinggi lembaga pemberi beasiswa Turki tersebut, selain menanyakan rencana kedua lembaga terhadap para pelajar/mahasiswa, Dubes Iqbal juga menawarkan untuk berbagi beban dan bersama-sama memikirkan kelanjutan studi pelajar/mahasiswa.

Menurut Iqbal, kedua pimpinan lembaga mengakui memang ada ketidaknyamanan akibat seluruh sumber daya pemerintah Turki sejak pertengahan Maret 2020 difokuskan kepada penanganan COVID-19.

"Namun keduanya mengonfirmasi bahwa seluruh pelajar/mahasiswa Indonesia penerima beasiswa akan dijamin kelanjutan studinya dan akan diberikan hak-hak beasiswanya secara penuh selama situasi kedaruratan ini. Semoga berita ini menenangkan orang tua dan keluarga pelajar/mahasiswa penerima beasiswa," kata Dubes Iqbal melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Selain menjamin kelangsungan studi pelajar dan mahasiswa penerima beasiswa, kedua pimpinan lembaga pemberi beasiswa juga menjamin jika ada mahasiswa yang membutuhkan perawatan kesehatan, termasuk yang terkait dengan COVID-19, mereka akan diperlakukan sama dengan warga negara Turki.

“Dua minggu lalu seorang mahasiswa Indonesia yang meminta pelayanan ke KBRI terdeteksi panas tubuhnya di atas 38 derajat Celcius. Kami langsung menghubungi call center pemerintah Turki dan mahasiswa tersebut langsung dijemput oleh ambulans dan dibawa ke rumah sakit rujukan untuk pengetesan dan perawatan. Alhamdulillah hasil tesnya negatif dan mahasiswa tersebut diperbolehkan pulang tanpa harus membayar," ujar Iqbal.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

BERBICARA DGN ABDULLAH EREN, PRESIDEN YTB Hari ini sy melakukan Skype Call dgn sahabat sy Presiden YTB, Abdullah Eren, guna membahas nasib 230 Mahasiswa Indonesia Penerima Beasiswa YTB. Di Turki ada sktr 2700 pelajar dan mahasiswa WNI. Sekitar 230 diantaranya penerima beasiswa YTB dari Pemerintah Turki. Bbrp hari terakhir sy mendengar kekhawatiran dari penerima beasiswa YTB mengenai kelanjutan beasiswa mrk di tengah situasi wabah Covid-19 yang sangat menguras tenaga Pemerintah Turki. Kemarin sy berjanji kpd teman2 mahasiswa untuk bahas hal ini dgn Presiden YTB. Saya berdikusi slm satu jam. Saya minta penjelasan beliau mengenai nasib mahasiswa YTB ke depan dan sekaligus melihat dimana saya dan Perwakilan RI di Turki bisa membantu krn mereka bukan hanya tanggungjawab YTB, tapi tanggungjawab saya yg diamanahi Pemerintah Indonesia mengurusi mereka di Turki. Saya juga ucapkan trm ksh atas perhatinan YTB kepada teman2 Indonesia, bahkan dlm situasi sulit ini. Dlm pembicaraan tersebut, intinya Abdullah Eren menyampaikan bhw memang dlm beberapa hari terakhir ada kekurang nyamanan akibat digunakannya bbrp asrama untuk karantina Covid19 dan perpindahan asrama di bbrp kota. Tapi beliau menyampaikan bhw beliau menjamin semua mahasiswa Indonesia penerima beasiswa YTB akan terus mendapatkan semua hak beasiswanya selama situasi ini. Beliau bahkan menyampaikan bhw "I will treat them like my own compatriots". Tentu ini berita yang melegakan. Pada waktunya sy akan share pembicaraan sy lbh detil kpd teman2 PPI Turki. Kita doakan Pak Abdullah Eren dan timnya di YTB tetap diberikan kesehatan krn sedikitnya 5.000 mahasiswa asing penerima beasiswa YTB menggantungkan harapan mrk kepada YTB. Di luar itu saat ini YTB menerima jg permintaan bantuan dari ribuan mahasiswa non-YTB dari berbagai negara yg juga mengalami kesulitan melanjutkan studinya. Jadi teman2 YTB saya sarankan tetap tenang. Stay focus belajar atau lakukan hal baik apapun yg bermanfaat buat diri masing2, syukur2 bermanfaat buat orang lain. Saya, Pak Konjen @imam_asari67 dan teman2 di KBRI dan KJRI Istanbul akan selalu bersama teman2 dalam suka dan duka. #KitaBeribuTapiKitaSatu #ThisIsIndonesia #IndonesiaBangkit

A post shared by Lalu M. Iqbal (@laluiqbal2017) on



Sebagaimana diberitakan, hampir sebagian besar asrama mahasiswa milik pemerintah di Turki digunakan sebagai tempat karantina bagi puluhan ribu warga Turki yang baru kembali dari luar negeri, termasuk jamaah umrah, mahasiswa Turki yang dievakuasi dari luar negeri, dan tentara yang baru kembali dari penugasan di pangkalan militer Turki di luar negeri.

Akibatnya, sebagian mahasiswa harus meninggalkan asrama, sebagian menumpang di rumah mahasiswa lain selama beberapa hari, dan sebagian lainnya pindah ke asrama yang dikelola oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Turki.

Saat ini terdapat sekitar 4.500 WNI di Turki. Dari jumlah tersebut, 1.500 orang di antaranya bekerja sebagai terapis spa, sekitar 2.700 adalah pelajar/mahasiswa, dan sisanya adalah WNI yang bekerja di organisasi-organisasi internasional dan mereka yang menikah dengan warga negara Turki.

Sementara itu, dari jumlah pelajar/mahasiswa yang ada di Turki, 330 orang di antaranya adalah penerima beasiswa, sedangkan selebihnya adalah mereka yang belajar di Turki atas biaya sendiri.

Guna menangani dampak COVID-19 terhadap WNI di Turki, KBRI Ankara dan KJRI Istanbul telah membuat rencana kontigensi dan membentuk satuan tugas bersama dengan melibatkan wakil masyarakat Indonesia di hampir semua kota di Turki maupun Siprus Utara.

Sejak diumumkannya kasus COVID-19 pertama di Turki pada 10 Maret 2020, hingga 3 April 2020, pemerintah Turki telah melakukan tes COVID-19 terhadap 125.556 orang.

Dari hasil test tersebut diketahui terdapat 18.135 pasien positif, 356 orang meninggal dunia, 1.101 pasien di ICU, dan 415 orang sembuh.