Jenazah COVID-19 bukan azab jadi jangan tolak, kata Din Syamsuddin

id MUI,din syamsuddin,majelis ulama indonesia,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov,novel coronavirus 20,berita sumsel, berita palemba

Jenazah COVID-19 bukan azab jadi jangan tolak, kata Din Syamsuddin

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin di rumah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). (ANTARA/Katriana)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan jangan menolak pemakaman jenazah COVID-19 dan sejatinya mereka meninggal bukan karena azab.

"Jangan lihat jenazah penderita COVID-19 karena azab. Penyakit ini bukan aib yang bisa mengenai siapa saja, setiap lapisan masyarakat," kata Din dalam telekonferensi yang dipantau dari Jakarta, Kamis.

Dia mengingatkan bagi umat Islam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah atau kewajiban kolektif. Jika tidak ada satupun yang mengurus mayat maka berdosa seluruhnya. Jika ada salah satu yang mengurus jenazah maka semua dapat pahala.

Baca juga: Presiden : Libatkan tokoh agama-ormas untuk edukasi protokol kesehatan

Maka dari itu, dia mengatakan tidak boleh ada yang tidak mengurus jenazah COVID-19 bahkan menolak pemakamannya. Mengurus jenazah harus dilakukan oleh masyarakat Islam yang masih hidup.

Kendati demikian, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan sebaiknya dalam prosesi mengurus jenazah COVID-19 untuk tetap mengindahkan protokol keselamatan sehingga tidak terjadi penularan virus SARS-CoV-2.

Baca juga: Warga butuh penjelasan soal penanganan jenazah pasien COVID-19, kata MUI

"Jenazah agar tetap diurus sesuai protokol kesehatan. Jangan sampai ada sikap menolak seperti diberitakan sudah ada di gerbang pemakaman tapi ditolak karena jenazah adalah penderita COVID-19. Ini yang tidak boleh," kata dia.

Terkait penyelesaian COVID-19, Din mengingatkan persoalan viirus SARS-CoV-2 tidak bisa dihadapi sendirian karena memang telah menjadi pandemi dunia sehingga perlu kemitraan sinergi lintas pihak.

"Perlu kita hadapi bersama. Perlu elemen bangsa pemerintah, ulama dan masyarakat luas. Harus dihadapi bersama-sama," katanya.

Baca juga: 74 negara terlibat riset untuk menemukan obat efektif atasi COVID-19
Baca juga: Metode baru deteksi COVID-19 dengan AI potensial untuk Indonesia
Baca juga: Pemerintah siapkan skenario ganti hari libur cegah warga mudik