Harga karet di Sumsel sentuh titik terendah dalam dua bulan

id karet,corona,virus,COVID-19

Harga karet di Sumsel sentuh titik terendah dalam dua bulan

Pekerja menyadap getah karet di kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (5/4/17). (ANTARA FOTO/Feny Selly/kye/17)

Palembang (ANTARA) - Harga rata-rata karet Sumatera Selatan menyentuh titik terendah pada bulan Maret 2020, yakni senilai Rp14.809 per kilogram dibanding dua bulan sebelumnya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan (Disbun) Sumsel, harga rata-rata terendah itu untuk kadar karet kering (KKK) 100 persen.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Sumsel Rudi Arpian di Palembang, Selasa, mengatakan, harga karet harian pada Maret 2020 sempat berada di posisi Rp13.892 per kg untuk KKK 100 persen.

Sementara untuk KKK 60 persen—50 persen senilai Rp8.335 – Rp6.946 per kg pada 30 Maret 2020.

“Itu adalah harga terburuk sepanjang tahun 2020 yang diliputi kondisi penyebaran virus corona yang semakin masif. Artinya, jika petani menjual KKK 60 persen – 50 persen, maka harga yang diterima petani lebih rendah,” kata dia.

Rudi mengatakan kini petani di Sumsel mulai mengkhawatirkan penutupan pabrik karet di provinsi itu. Apalagi sejumlah pabrik di daerah tetangga, seperti Bengkulu, Jambi dan Sumatra Barat mulai stop produksi.

“Yang kami khawatirkan kemungkinan terburuk jika Kota Palembang melakukan karantina wilayah, maka mayoritas pabrik karet yang ada di Palembang akan tutup,” katanya.

Namun demikian, kata Rudi, hingga kini pabrik karet di Sumsel masih menerapkan imbauan dari Pemprov Sumsel agar pabrik bisa bertahan dengan melakukan efisiensi dan pemotongan ongkos produksi.

Ia melanjutkan, penutupan pabrik karet akan berdampak signifikan tak hanya bagi petani melainkan juga tenaga kerja di pabrik tersebut.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex K Eddy mengatakan semua pabrik yang ada di Sumsel masih bertahan.

“Sepanjang yang saya tahu semua pabrik bertahan untuk tetap berproduksi di tengah kondisi saat ini,” kata dia.

Menurutnya, pengusaha sangat mempertimbangkan efek dari penyetopan produksi baik bagi karyawan maupun petani.