COVID-19 belum berpengaruh pada bisnis BUMN

id kereta cepat,proyek bumn,kementerian bumn

COVID-19 belum berpengaruh pada bisnis BUMN

Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga. ANTARA/Aji Cakti

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyampaikan penyebaran Virus Corona baru atau COVID-19 di dalam negeri belum mempengaruhi aktivitas bisnis BUMN.

"Berjalan masih, delay belum ada," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga melalui konferensi video di Jakarta, Kamis.

Pihaknya akan terus memantau perkembangan bisnis BUMN agar tidak terkendala di tengah pandemi COVID-19.

Saat ini, lanjut dia, terdapat beberapa proyek yang sedang dalam peninjauan ulang, salah satunya proyek kereta cepat.

"Kereta api cepat masih tunggu keputusan dari Kementerian PUPR," ucap Arya.

Terkait pelemahan rupiah terhadap dolar AS, pihaknya juga menilai hal itu belum memberikan pengaruh terhadap BUMN.

"Ini kan berdampak terhadap semua, tidak hanya Indonesia, semua negara mengalami penurunan (mata uang), jadi ya kita lihat situasi saja dulu, dari BUMN kan lihat situasi saja dulu," katanya.

Arya juga mengatakan tidak ada utang jatuh tempo BUMN untuk waktu dekat.

"Siap-siap sih bisa saja. Sekarang ini masih naik turun, kalau negosiasi juga susah. Dinegosiasi sekian, lalu tiga bulan berubah lagi, ya rugi kita. Masih lihat situasi lah kita. Jangan panik dan tetap tenang," katanya.

Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore terkulai mendekati level Rp16.000 per dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 690 poin atau 4,53 persen menjadi Rp15.913 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.223 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis, mengatakan penyebaran wabah COVID-19 yang semakin mengkhawatirkan dan menyebabkan kepanikan pasar membuat Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.

"Apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia sudah mengikuti anjuran bank sentral global, namun BI tidak bisa menjaga stabilitas mata uang rupiah akibat pasar yang panik karena dinamika dinamika penyebaran Virus Corona sangat cepat," ujar Ibrahim.