Ini kronologi kasus pertama positif COVID-19 di Tanjungpinang

id pasien positif tanjungpinang kepri,penanganan corona,virus corona,corona,covid-19,2019-ncov,novel coronavirus 2019

Ini kronologi kasus pertama positif COVID-19 di Tanjungpinang

RSUD Raja Ahmad Thabib di Tanjungpinang, Kepulauan Riau. (Ogen)

Tanjungpinang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) melalui Dinas Kesehatan telah mengumumkan kasus pertama virus Corona baru yang menyebabkan COVID-19 pada Selasa (17/3).

Kepala Dinas Kesehatan Kepri, Tjetjep Yudiana, mengungkapkan seorang warga Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang, positif terinfeksi COVID-19.

Tjetjep pun mengungkapkan secara rinci kronologi awal warga berjenis kelamin pria usia 71 tahun itu terpapar Corona.

Pria dimaksud awalnya pergi berobat ke negara Malaysia. Persisnya pada tanggal 5 Maret 2020. Lalu kembali ke Tanjungpinang pada hari yang sama.

Lima hari berselang atau tanggal 10 Maret 2020, yang bersangkutan mengeluhkan sakit demam, batuk, dan sesak napas.

Pada tanggal 12 Maret 2020, dia memutuskan pergi berobat ke salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terdekat.

Oleh pihak Puskesmas, tanggal 13 Maret 2020 langsung dirujuk ke RSUD Raja Ahmad Thabib (RAT) Kepri di Tanjungpinang, karena diduga terkena gejala awal COVID-19.

"Statusnya saat itu sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Otomatis dirawat di ruang isolasi RSUD RAT," ungkap Tjetjep.

Sehari setelah diisolasi atau 14 Maret 2020, pihak medis mengambil sampel usap (swab) tenggorokan si pasien buat diuji di laboratorium Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta.

"Dikirim hari itu juga. Selasa (17/3), hasil uji lab keluar. Pasien resmi dinyatakan positif COVID-19," ujar Tjetjep.




Melacak kontak

Tjetjep menyebut pihaknya dibantu dengan Dinas Kesehatan Tanjungpinang, dan kepolisian sudah melacak jejak kontak pasien tersebut.

Dari hasil penelusuran yang dilakukan, kata Tjetjep, terdapat 20 orang yang pernah berinteraksi langsung dengan pasien yaitu, keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Terhadap ke 20 orang tersebut, terhitung Selasa kemarin dilakukan karantina di rumah singgah di belakang RSUD RAT.

"Sekitar 10 orang sudah dilakukan swab untuk mengambil contoh cairan di tenggorokan atau hidung guna menentukan positif COVID-19 atau tidak," kata Tjetjep.

Sesuai arahan Plt Gubernur Kepri Isdianto dan Sekda Kepri Arif Fadillah. Pihaknya akan terus memperluas pelacakan kontak pasien positif COVID-19.

Warga yang merasa pernah berkomunikasi atau berhubungan erat dengan pasien ini, diimbau dapat segera melaporkan ke Dinas Kesehatan atau pihak rumah sakit.

"Tujuannya ialah untuk memutus mata rantai penularan wabah COVID-19 di Kepri," katanya.




Pasien stabil

Plt. Direktur RSUD Raja Ahmad Thabib Kepri, Elfiani Sandri menyatakan sampai sejauh ini kondisi pasien COVID-19 ini sudah stabil.

Menurutnya, gejala awal COVID-19 yang diidap pasien sudah mulai membaik. Batuk sudah tidak ada, begitu pula demam dan sesak napas perlahan menurun.

"Tapi, kita masih tetap siagakan oksigen buat pasien," kata Elfiani.

Melihat kondisi saat ini, pasien COVID-19 itu pun punya harapan besar untuk sembuh kendati secara persentase tak disebutkan oleh Plt Direktur.

Namun, dia menegaskan penanganan terhadap pasien COVID-19 ini sudah sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Pasien dirawat intensif 24 selama di ruang isolasi. Terhadap pasien juga dilakukan pembatasan kontak dengan orang lain, termasuk pihak keluarga.

"Mari kita doakan bersama. Mudah-mudahan pasien sehat," ucapnya.

Untuk mengantisipasi kasus pasien COVID-19, RSUD RAT Kepri setidaknya telah menyiapkan empat ruang isolasi berikut tenaga serta peralatan medis yang mumpuni.

Rumah sakit ini juga telah ditetapkan oleh Kemenkes sebagai satu dari empat rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di Kepri.

"Secara umum, RSUD RAT dalam posisi siap untuk menangani pasien COVID-19. Masyarakat tak perlu khawatir, kami akan upayakan yang terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan," kata Elfiani.




Lima meninggal

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes sekaligus juru bicara penanganan COVID-19 Achmad Yurianto di Jakarta mengatakan bagi orang yang pernah kontak dengan pasien positif atau orang dalam pengawasan (ODP) untuk melakukan isolasi mandiri (self-isolated) dan pemantauan mandiri (self-monitoring).

"Self-isolated ditambah self-monitoring, jadi kamu perhatikan betul panas atau tidak, ada keluhan tidak, dicatat saja kalau ada keluhan, nanti telepon ke puskemas atau rumah sakit, kalau tidak ada gejala apa-apa, ya wis (sudah), yang penting self-isolated yang benar, cukup istirahat, cukup makan minum," kata Yurianto.

Hingga Senin (16/3), Indonesia memiliki 134 kasus positif COVID-19 dan lima orang meninggal dunia dan delapan sembuh. Mereka tersebar di Jakarta, Tangerang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Bali, Manado, Pontianak.

Hingga Selasa (17/3) pagi terkonfirmasi di dunia 182.881 orang yang terinfeksi virus Corona dengan 7.174 kematian, 79.886 dinyatakan sembuh. Kasus di China mencapai 80.881 kasus, di Italia 27.980 kasus, di Iran 14.991 kasus, di Spanyol 9.942 kasus.

Jumlah kematian tertinggi terjadi di China yaitu 3.226 kematian disusul Italia 2.158 kasus, dan Iran 853 orang. Saat ini sudah 115 negara yang mengonfirmasi kasus positif COVID-19 di negaranya.

Beberapa negara yang mengunci (lockdown) sebagian maupun seluruh wilayah negaranya, yaitu Italia sejak 9 Maret 2020, Denmark sejak 13 Maret 2020, Filipina sejak 12 Maret 2020, Irlandia pada 12-29 Maret 2020, dan Malaysia mulai 18-31 Maret 2020.

Pemerintah China mengunci kota Wuhan dan beberapa kota di dekatnya yang menjadi lokasi episentrum COVID-19 sedangkan Korea Selatan mengunci kota metropolitan Daegu, Spanyol juga mengunci empat kotanya, yaitu Igualada, Vilanova del Cami, Santa Margarida de Montbui, dan Odena.*